Misalnya, pada 31 Maret 2020, perusahaan AS Tenax Aerospace mengerahkan pesawat pengintai maritim Bombardier CL-604 ke Pangkalan Udara Kadena di Okinawa.
Pesawat tersebut melakukan lebih dari 250 flybys pengintai jarak dekat di China sebelum kembali ke AS pada 17 Maret tahun ini.
Laporan luar negeri mengatakan bahwa berurusan di "zona abu-abu" membutuhkan jenis manuver yang lebih fleksibel karena mereka menghadapi lebih sedikit tekanan diplomatik yang dibawa oleh risiko konfrontasi militer langsung.
Ironisnya, kegiatan pengintaian dekat militer AS di China dengan pesawat dan kapal sipil terjadi pada saat AS secara bersamaan meningkatkan ancaman dari "milisi maritim" China.
AS menyulut masalah ini di tahun 2021 ini, dan mengirim kapal penjaga pantai ke Samudra Pasifik bagian barat.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, selama konferensi pers pada 6 April mengatakan, tuduhan yang diduga "milisi maritim" China mengungkapkan niat jahat yang didorong oleh motif tersembunyi dan manuver ceroboh seperti itu tidak akan berhasil karena seluruh dunia dapat melihatnya.
AS harus melihat lebih dekat pada "milisi maritim" mana yang merupakan ancaman nyata bagi perdamaian dan stabilitas kawasan, kata para analis. (*)