Al Jazeera melaporkan, di kota Bago, militer menembaki orang-orang yang berkumpul untuk memperingati meninggalnya Thae Maung Maung, mahasiswa 20 tahun yang terbunuh pada hari Sabtu (27/3).
"Saat kami menyanyikan lagu revolusi untuknya, pasukan keamanan baru saja datang dan menembak kami. Orang-orang, termasuk kami, lari saat mereka melepaskan tembakan," ungkap salah seorang pengunjung rasa, seperti dikutip Al Jazeera.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) pada hari Minggu juga melaporkan sebanyak 13 orang lainnya tercatat tewas dalam insiden di tempat lain di Myanmar.
Kelompok advokasi Myanmar itu mencatat 459 warga sipil kini telah tewas dalam hampir dua bulan sejak kudeta, sementara lebih dari 2.559 telah ditahan.
Desakan pun dikemukakan berbagai pihak termasuk Indonesia.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ucapan dukacita dan simpati yang mendalam terhadap korban dan keluarga korban dari aksi penggunaan kekerasan yang terjadi di Myanmar. Pemerintah Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan tersebut segera dihentikan.
Hal tersebut disampaikannya dalam pernyataan pers terkait perkembangan situasi terkini di Myanmar, Jumat (19/03/2021), di Istana Kepresidenan Bogor, 19 Maret 2021, yang juga ditayangkan di kanal YouTube Sekretariat Kabinet.
“Atas nama seluruh rakyat Indonesia, saya menyampaikan dukacita dan simpati yang dalam kepada korban dan keluarga korban akibat penggunaan kekerasan di Myanmar. Dan Indonesia mendesak agar penggunaan kekerasan di Myanmar segera dihentikan sehingga tidak ada lagi korban berjatuhan. Keselamatan dan kesejahteraan rakyat harus menjadi prioritas utama,” ujarnya.
Baca Juga: Masih Membara, Myanmar Bak Medan Perang Karena Junta Militer Melakukan Penembakan kepada Warga Sipil
Presiden menegaskan, Indonesia juga mendesak agar segera dilakukan dialog dan rekonsiliasi untuk memulihkan demokrasi, perdamaian, dan stabilitas di negara tersebut.