Masih Membara, Myanmar Bak Medan Perang Karena Junta Militer Melakukan Penembakan kepada Warga Sipil

Sabtu, 13 Maret 2021 | 19:25
Instagram @paing_takhon

Masih Membara, Myanmar Bak Medan Perang Karena Junta Militer Melakukan Penembakan kepada Warga Sipil

Sosok.ID - Kerusuhan di Myanmar entah kapan akan selesai.

Karena di sana aparat keamanan bertindak beringas dengan membunuhi para demonstran.

Bahkan semakin hari jumlah demonstran yang tewas semakin besar.

Intervensi PBB diperlukan di Myanmar.

Baca Juga: Terbongkar! Nadya Arifta Ternyata Punya Perasaan Terhadap Kaesang Pangarep Sejak Lama, Denny Darko Ungkap Soal Kemungkinan Menikah: Jauh Banget

Setidaknya enam pengunjuk rasa tewas di tangan pasukan keamanan di Myanmar, saksi dan media melaporkan, ketika para aktivis menandai peringatan kematian seorang siswa pada hari Sabtu yang pembunuhannya pada tahun 1988 memicu pemberontakan melawan pemerintah militer.

Tiga orang tewas dan beberapa lainnya cedera ketika polisi melepaskan tembakan pada protes duduk di Mandalay, kota terbesar kedua Myanmar, dua saksi mengatakan kepada Reuters. Satu orang lagi tewas di pusat kota Pyay dan dua lainnya tewas dalam tembakan polisi di ibukota komersial Yangon semalam, media domestik melaporkan.

"Pasukan keamanan awalnya menghentikan ambulans untuk menjangkau orang-orang yang terluka dan baru mengizinkannya nanti," kata seorang pengunjuk rasa berusia 23 tahun di Pyay kepada Reuters, meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan.
"Pada saat mereka mengizinkannya, salah satu yang terluka menjadi kritis dan dia kemudian meninggal," tambahnya.

Kematian itu terjadi ketika para pemimpin Amerika Serikat, India, Australia dan Jepang bersumpah untuk bekerja sama memulihkan demokrasi di negara Asia Tenggara itu.

Baca Juga: Apa Mau Dikata, Mulan Jameela Nyatanya Tak Mampu Saingi Maia Estianty soal Ini di Mata Suami, Ahmad Dhani:Penyesalan? ya Pasti

Lebih dari 70 orang telah tewas di Myanmar dalam protes yang meluas terhadap kudeta 1 Februari oleh militer, kata kelompok advokasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Protes hari Sabtu meletus setelah poster-poster menyebar di media sosial yang mendesak orang-orang untuk memperingati kematian Phone Maw, yang ditembak dan dibunuh oleh pasukan keamanan pada tahun 1988 di dalam tempat yang kemudian dikenal sebagai kampus Institut Teknologi Rangoon.

Kini demonstrasi semakin membesar dan militer juga semakin brutal mengantisipasinya.(*)

Sumber : Kontan

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber : kontan

Baca Lainnya