Lebih lanjut, China justru bersikeras apa yang dilakukan oleh mereka itu adalah sah di mata hukum.
Kedutaan Besar AS untuk Filipina menyatakan, Washington berbagi keprihatinan dengan Manila dan menuduh China menggunakan "milisi maritim untuk mengintimidasi, memprovokasi, dan mengancam negara lain, yang merusak perdamaian dan keamanan di kawasan".
"Kami mendukung Filipina, sekutu perjanjian tertua kami di Asia," kata Kedutaan Besar AS di Manila dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip Channel News Asia.
Mengutip dari Channel News Asia, Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, Minggu (21/3/2021) menuntut sekitar 200 kapal China.
Kapal-kapal tersebut juga di juluki sebagai kapal milisi maritim oleh pemerintah Filipina.
Kejadian tersebut setelah terekamnya aktivitas nelayan China dengan ratusan kapal di wilayah Whitsun Reff, wilayah karang dangkal sekitar 324 km Barat Kota Bataraza, Provinsi Palawan, Filipina Barat.
Setidaknya laporan penjaga pantai Filipina mencatat sekitar 220 kapal milisi maritim China berlabuh di kawasan terumbu karang tersebut pada tanggal 7 Maret lalu.
Pada Senin (22 Maret), sebuah pesawat pengintai melihat 183 kapal nelayan China masih berada di terumbu karang, Panglima Angkatan Bersenjata Filipina Letnan Jenderal Cirilito Sobejana mengungkapkan, seperti dilansir Channel News Asia.
Dia merilis foto udara yang menunjukkan kapal-kapal nelayan China di salah satu wilayah yang paling diperebutkan di jalur perairan strategis itu.
Kecaman pun langsung dilayangkan Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin Jr pada pemerintah China.