Nama Bung Tomo yang dijadikan sebagai nama kapal yang bermarkas di Pangkalan Armada Timur, Tanjung Perak, Surabaya, itu didasari karena kegigihan Bung Tomo.
KRI Bung Tomo-357 memiliki jumlah ABK 85 prajurit, dengan rincian perwira 17 orang, bintara 40 orang, dan tamtama 28 orang.
Para personel ini tak hanya ahli menggunakan sistem persenjataan yang ada di badan kapal, tetapi juga mahir menyelam sehingga saat operasi SAR dilakukan, ABK dari KRI Bung Tomo juga melakukan penyelaman untuk mencari badan pesawat dan jenazah lain.
Melansir dari laman tnial.mil.id, persenjataan yang dimiliki KRI ini memang cukup canggih dengan didukung platform system yang baik juga.
Diantaranya, radar navigasi, radar surveillance untuk mendukung pengamatan udara, serta radar tracker senjata untuk mengendalikan arah dan elevasi secara akurat terhadap sasaran meriam 76 mm otomelara super rapid gun (OSRG) dan 30 mm di lambung kanan dan kiri kapal yang dapat berperan sebagai ciws (close in weapon system) jika ada bahaya udara mengancam kapal tersebut.
Memiliki kelengkapan EOTs (Electro optical tracker system) membuat kapal ini mampu mengenalikan meriam kapal dan pengamatan secara visual oleh kamera video yang ada.
Propulsion system maupun pesawat-pesawat bantu yang ada di kapal tersebut dikontrol secara komputerisasi oleh IPMS (integrated platform manajemen system) sehingga jika ada kerusakan atau failure pada salah satu sistem kapal akan terdeteksi secara dini.
Secara rinci, kapal perang tipe F2000 Corvette ini memiliki 1 meriam oto melara 76 mm, 2 meriam MSI defence DS 30B REMSIG 30 mm, dan peluncur tripel torpedo BAE System 324 mm untuk perang atas air dan bawah air.
Dengan 16 tabung peluncur peluru kendali permukaan ke udara VLS MBDA MICA (BAE System), 2 set 4 tabung peluncur peluru kendali MBDA (Aerospatiale) MM-40 Block II Exocet.
Dua sistem arsenal inilah yang cukup mengganggu pertahanan musuh, baik dari udara ataupun permukaan laut.