Follow Us

'Jika Saya Orang Indonesia, Saya Tidak Akan Percaya', Diiming-imingi Bantuan Rp 28 Triliun, Donald Trump Minta RI Bangun Hubungan dengan Israel

Rifka Amalia - Kamis, 24 Desember 2020 | 14:00
Presiden Jokowi dan Donald Trump
Setpres

Presiden Jokowi dan Donald Trump

Di Maroko, Boehler menyebut dia akan mengumumkan pembukaan cabang Prosper Africa pertama di Afrika Utara, sebuah inisiatif untuk meningkatkan bisnis antara AS dan Afrika.

Dia juga mengatakan agensinya kemungkinan akan menjadi bagian dari sindikat hutang untuk membantu membiayai penjualan pelabuhan terbesar Israel di kota Haifa utara.

Baca Juga: China Enyah Dulu, Turki Produksi Drone Bersenjata yang Mampu Guncang Keseimbangan Militer Timur Tengah, Indonesia Jadi Pasarnya

Perusahaan Amerika dan perusahaan Emirat telah menunjukkan minat dalam tender tersebut, dan Boehler mengatakan dia akan melihat tawaran yang melibatkan orang Amerika atau sekutu seperti UEA.

Sebagai bagian dari kesepakatan normalisasi, Boehler membantu membentuk $ 3 miliar (Rp 42 triliun) bersama Israel-Emirat-AS, dana yang berbasis di Yerusalem untuk berinvestasi secara regional.

Kepala dana tersebut, penasihat senior Kedutaan Besar AS Aryeh Lightstone mengatakan, sejauh ini AS sedang melakukan uji tuntas pada lebih dari 10 kesepakatan potensial.

Salah satu yang pertama adalah pipa minyak di Israel.

Baca Juga: Nasib Apes Trump Sebelum 'Ditendang' dari Gedung Putih, Kongres Melawan Upaya Veto RUU Pertahanan Berkedok China: Presiden Jelas Belum Baca!

Boehler mengatakan bahwa AS sedang meneliti banyak hal untuk mencari cara memperluas ekspor gas alam Israel ke negara-negara Asia Tengah atau Eropa untuk membantu melawan pengaruh Rusia dan China.

Ini "area yang menarik, dan ini adalah pasar yang sering tidak dimainkan oleh Amerika Serikat," kata Boehler.

Di tempat lain di dunia, Boehler mengatakan prioritas sebelum pemerintahan Trump keluar dari kantor bulan depan adalah membantu negara-negara Amerika Latin yang berhutang miliaran ke China untuk proyek infrastruktur membiayai kembali hutang mereka.

"Kami sedang dalam diskusi intensif untuk melihat apakah kami dapat melakukan sesuatu di sana, di mana mereka membutuhkan bantuan dari segi pembangunan, dan ini adalah kesempatan bagi mereka untuk keluar dari bawah China," katanya.

Source : Kompas.com, Bloomberg

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest