Sosok.ID - Konflik Nagorno-Karabakh yang terjadi beberapa waktu lalu telah membuka mata China bahwa perang di abad ke-21 akan sangat berbeda dengan pertempuran di masa lalu.
Perang Azerbaijan-Armenia 2020 adalah konflik pertama di mana pesawat tak berawak yang dikerahkan oleh satu pihak mampu membalikkan keadaan dalam konflik Nagorno-Karabakh.
Armenia yang memiliki kekuatan militer jauh lebih unggul telah dikepung drone Azerbaijan.
Hal ini membuat China sadar bahwa militer yang lemah tetap mampu memenangi peperangan.
Baca Juga: Taiwan Sudah Gila, Persenjatai Kapal Coast Guardnya dengan Rudal untuk Tenggelamkan Armada China
Media South China Morning Post (SCMP) melaporkan mengutip artikel "Kapal Angkatan Laut dan Pedagang" yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan yang memasok Tentara Pembebasan Rakyat (PLA).
"Sebuah pelajaran yang mengkhawatirkan dari konflik Armenia-Azerbaijan atas wilayah sengketa Nagorno-Karabakh yang mengkhawatirkan transformasi medan perang drone," bunyi artikel tersebut, dikutip via Ani News.
" (Itu) menunjukkan bahwa China membutuhkan strategi balasan yang dipertimbangkan dengan cermat."
Artikel tersebut mengulas bagaimana tentara Armenia dikuasai oleh drone musuh.
Meskipun lebih unggul dari Azerbaijan dalam hal kekuatan darat konvensional, termasuk tanker, radar, dan kendaraan lapis baja, tentara Armenia adalah mangsa empuk bagi drone bersenjata.
Terutama drone Bayraktar TB2 yang melakukan serangan tepat terhadap target di parit dan kendaraan bergerak, lapor SCMP.