Awalnya Arnaldo dos Reis Araujo adalah seorang peternak, tetapi kemudian dia mengusir Portugis yang kala itu menduduki Timor Leste.
Namun pada saat itu ada tiga partai besar yang ada di Timor Leste, mereka adalah APODETI yang pro Indonesia, UDT pro dengan Portugis, dan Fretilin yang ingin Timor Leste merdeka.
Setelah mengusir Portugis situasi makin mencekam, ketika Fretilin menginginkan kemerdekaan.
Puluhan ribu rakyat Timor Leste yang menginginkan integrasi ke Indonesia menjadi korban kekejaman Fretilin.
Hingga membuat perbatasan NTT dibanjiri pengungsi dari bumi lorosae.
Pada saat itu, Arnaldo dos Reis Araujo, pegi ke Jakarta untuk minta bantuan Indonesia, setelah kembali ke Timor Leste dia ditangkap oleh Fretilin.
Akhirnya TNI turun tangan melakukan Operasi Flamboyan untuk menyelamatkan tokoh-tokoh Timor Leste yang pro Indonesia.
Sebelumnya, Arnaldo dos Reis Araujo juga diangkat sebagai gubernur pertama Timor Timor waktu itu, dengan wakil Francisco Xavier Lopes da Cruz.
Timor Timur yang menjadi wilayah NKRI ke-27 disahkan dalam UU no.7 tahun 1976, tentang pengesahan Penyatuan Timor Timur.
Timor Timur dipandang sebagai wilayah yang unik di Indonesia, karena merupakan bekas jajahan Portugis, hingga mendapat julukan 'anak yang hilang' oleh Presiden Soeharto.
Saat Timor Leste menjadi bagian Indonesia, wilayah itu dimanjakan dengan berbagai kemewahan pembangunan infrastruktur.