Menurut media MalaysiaThe Star, Presiden Jose Ramos-Horta yang telah pulih sepenuhnya, mengampuni 24 orang yang dihukum atas tuduhan terkait upaya pembunuhan ganda yang diduga menargetkan dirinya dan Xanana Gusmao.
Para pria, kebanyakan mantan tentara yang dipimpin oleh Gustao Salsinha, telah dijatuhi hukuman antara sembilan dan 16 tahun penjara, tetapi hanya menjalani hukuman kurang dari enam bulan.
Setelah insiden itu, Ramos-Horta, bersama dengan Gusmao dijaga oleh polisi Malaysia yang bertugas di bawah Misi Terpadu PBB di Timor Leste (UNMIT).
"Orang Timor harus membiarkan masa lalu menjadi masa lalu dan melihat ke depan dengan percaya diri," ujarnya.
Timor Leste tampaknya berupaya bangkit dari keterpurukan untuk menjadi negara maju dengan mencari sumber investor besar-besaran.
Namun para investor besar, selain di industri migas, tampaknya kurang percaya diri untuk menggali potensi keuntungan yang besar.
Misi investasi terbesar sejauh ini hanya delegasi pemerintah negara bagian Malaka yang beranggotakan 87 orang yang tiba tahun 2010 silam.
"Ini tentu saja kelompok terbesar yang pernah saya terima, selain kunjungan dari Korps Marinir Amerika Serikat yang berkekuatan 4.000 orang," candanya ketika delegasi, yang terdiri dari Kepala Menteri Malaysia Datuk Seri Mohd Ali Rustam, pejabat senior negara dan bisnis terkemuka pemimpin, memanggilnya.
Malaysia dan Malaka tentunya sangat disayanginya. Dia telah mengunjungi Malaysia berkali-kali.
Malaka, juga bekas jajahan Portugis, telah menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Timor Leste selama beberapa tahun terakhir melalui perwakilan khusus Mohd Ali, Joseph Sta Maria, seorang pengusaha keturunan Portugis Malaka.