Sejak tinggal di sana, Zarakyan telah menikah dan memiliki dua anak.
Dia menambahkan telah membudidayakan lebah madu sebelum pertempuran terakhir meletus.
Dia mengaku merasa malu ketika mendengar tentang perjanjian damai tersebut.
Pasalnya, melalui perjanjian damai itu wilayah yang sudah direbut Azerbaijan bakal dimiliki negara tersebut dan membuka jalan bagi penempatan pasukan Moskwa di daerah kantong.
"Saya mengharapkan lebih banyak dari Rusia dan lebih cepat," katanya.
"Tapi Rusia tertarik dengan pangkalan dan tujuannya. Tidak masalah apakah itu pangkalan di Azerbaijan atau di Armenia. Tertarik untuk tidak membiarkan Turki di sini,” sambung Zarakyan.
Sementara seorang warga lain bernama Garo Dadevusyan mengaku sudah 20 tahun tinggal di sana.
Dan dia merasa tidak habis pikir mengapa Presiden Rusia Vladimir Putin seolah membiarkan Azerbaijan menang.
Mengenai alasannya membakar rumah,Dadevusyan menyebut "Saya tidak akan meninggalkan apapun untuk Muslim".