Ini termasuk Mari Alkatiri, sekretaris jenderal Fretilin dan perdana menteri Timor Leste dari 2002 hingga 2006.
Alkatiri belajar hukum dan ekonomi di Universitas Eduardo Mondlane, belajar tentang organisasi internasional dan mempelajari bagaimana menghindari jatuh ke dalam jenis perangkap yang ditemui Mozambik pasca- kemerdekaan.
Orang buangan terkemuka lainnya termasuk Francisco Gutteres dan Ana Pessoa Pinto, calon jaksa penuntut umum dan menteri untuk administrasi negara dan internal.
Selama berada di Mozambik Ana bergabung dengan Noemra Francisco (Mahkamah Agung Mozambik) dalam mendirikan proyek penelitian Wanita dan Hukum di Afrika Selatan, serta menikahi Jose Ramos Horta: putra mereka Loro lahir di pengasingan di Mozambik.
Bersamaan dengan pernikahan dan putranya ini, Horta juga berhutang nyawa pada Mozambik.
Karena para pejabat dari negara Afrika menyelamatkannya dari eksekusi selama pembersihan internal pada tahun 1980.
Setelah invasi Indonesia, elemen-elemen Fretilin menjadi semakin radikal, menekankan interpretasi fundamentalis terhadap Marxis-Leninisme.
Pada pertengahan 1977 seruan untuk revolusi rakyat di sepanjang garis Mao dimulai.
Ironisnya, tuduhan fundamentalisme komunis dan kecenderungan Maois yang digunakan oleh Indonesia untuk membenarkan invasi tersebut terwujud sebagai akibat dari invasi tersebut.