Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bercucuran Tangis Mengadu kepada Prajurit Australia, Rakyat Timor Leste Ingin Mati di Tempat Lain ketimbang di Negara Sendiri

Rifka Amalia - Minggu, 08 November 2020 | 12:42
Kolase Xanana Gusmao dan bendera Timor Leste.
Kolase/Timor Lests Flag/Pos Kupang

Kolase Xanana Gusmao dan bendera Timor Leste.

Yang jelas, kekurangan beras bukanlah konspirasi yang dimaksudkan untuk mendiskreditkan pemerintah atau rencana pemerintah untuk memenangkan pemilu 2007.

Sebaliknya, semua indikasi adalah bahwa program ketahanan pangan Kementerian Pembangunan telah melibatkan kurangnya transparansi (jika bukan korupsi langsung).

Bahwa negara tidak memiliki kapasitas untuk menyalurkan beras kepada penduduk secara adil dan efisien, dan bahwa dengan mengambil beras.

Di Dili tangisan anak-anak yang kelaparan menyulut amarah, bahkan keputusasaan.

Baca Juga: Diundang kePentagon, PrabowoBanjir Kecaman Amnesti Internasional dan 6 Kelompok HAM atas Tragedi98 serta Perang Timor Timur

Saat kerumunan pria berkumpul di dekat National Logistics Centre, tentara Australia yang membawa senjata otomatis mendekati seorang pemuda yang tinggal di dekat situ untuk mencari informasi.

Ketika ditanya tentang situasinya, ayah muda3 anak ini menjelaskan, "Seseorang mungkin pernah menjadi pahlawan selama perjuangan kemerdekaan, tetapi hari ini dia bisa menjadi pengkhianat."

Sambil menangis, ia berkata bahwa jika dia bisa meninggalkan Timor Leste akan lebih baik mati di tempat lain daripada hidup seperti ini di negaranya sendiri.

(Afif Khoirul M)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul:Baru Kemarin Sore Merdeka dari Indonesia, Timor Leste Pernah Nyaris Bubar Gegara Rakyatnya Ngamuk Pada Pemerintah yang Dianggap Tak Becus Urus Kebutuhan Pangan Rakyat Sendiri

Source :Intisari Online

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x