Sosok.ID - Muhammad Jusuf Kalla atau yang akrab disapa Jusuf Kalla alias JK, menjadi Wakil Presiden pertama yang menjabat 2 kali tidak secara berturut-turut.
JK sempat menemani Presiden ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY dalam masa jabatannya di tahun 2004-2009.
Lalu pada 2014 lalu, JK kembali terpilih menjadi Wakil Presiden mendampingi Presiden ke 7, Joko Widodo (Jokowi).
Politikus yang juga merupakan seorang pengusaha ini pun harus menyesuaikan cara kerja yang berbeda antara SBY dan Jokowi.
Melansir TribunnewsBogor.com, JK membeberkan bagaimana cara kerja SBY dan Jokowi dalam mengambil keputusan.
Jusuf Kalla tidak memihak yang mana yang lebih baik antara Presiden Jokowi atau SBY.
Menurutnya, hal yang membedakan keduanya hanya tentang gaya kepemimpinan.
Hal ini diungkapkannya JK saat berbincang dengan Helmy Yahya dalam unggahan di akun YouTube Helmy.
Mulanya Helmy menyinggung tentang peran JK dalam dunia perpolitikan Indonesia.
Selain sebagai seorang politikus, JK juga dikenal memiliki sebagai pengusaha sukses yang memiliki segudang bisnis.
"Saya baca bapak berbisnis luar biasa, tapi politik tetap ya pak," kata Helmy Yahya, dikutip Sosok.ID, dilansir dari TribunnewsBogor.com, Rabu (23/9/2020).
Jusuf Kalla lantas menceritakan karirnya di dunia politik, yang dimulai sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
"Politik waktu zaman dulu saya hanya anggota DPR, jadi politiknya sambil lalu sebenarnya, mewakili daerah," kata Jusuf Kalla.
Menurutnya, ia mulai aktif berpolitik di masa kepemimpinan KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur.
Kendati demikian saat itu JK dipecat dari jabatannya.
"Saya aktif betul di politik waktu Menteri Perindag 1999," katanya.
Baca Juga: Jokowi Ajak Rakyat Berdamai dengan Virus Corona, Jusuf Kalla: Risikonya Mati
"Zaman Gus Dur ya pak, abis itu disuruh mundur, ada apa tuh pak?" tanya Helmy Yahnya.
"Biasa lah zaman dulu 20 menteri disuruh mundur atau dipecat, saya termasuk bagian yang keempat, Gus Dur suka begitu, ada saja alasannya, ya kita berhenti aja," kata Jusuf Kalla.
Meski begitu karir JK tak meredup, setelah sejenak kembali ke bisnis, ia masuk lagi ke pemerintahan di era Megawati Soekarnoputri.
"Kemudian ibu Mega panggil lagi jadi Menkokesra, naik satu tingkat," lanjut Jusuf Kalla.
"Jadilah pak JK Menkokesra, terus melanjutkan perjuangan politiknya jadi Wakil Presiden bersama Pak SBY ya Pak," timpal Helmy.
Saat itulah Helmy bertanya tentang beda bekerja dengan SBY dan Jokowi di mata JK.
"Pak kalau memilih dua kali jadi Pakil Presiden lebih enak zaman Pak SBY atau Pak Jokowi?" Helmy Yahnya penasaran.
Oleh JK, dikatakan bahwa keduanya sama saja. Tidak ada yang perlu dibilih karena masing-masing pemimpin memiliki cara yang berbeda.
"Ya sama lah, cuma beda kepemimpinan," kata Jusuf Kalla.
"Gayanya beda?" tanya Helmy Yahya.
JK mengatakan, pada masa kepemimpinan SBY, masalah ekonomi diserahkan kepadanya.
Sementara di masa kepemimpinan Jokowi, keputusan akan diambil dengan cara merapatkan persoalan bersama-sama.
"Kalau zaman Jokowi semua soal dirapatkan," kata Jusuf Kalla.
"Semua soal," ulangnya, memberi penekanan.
"Jadi rapatnya bisa satu minggu bisa 4 5 kali," lanjut Jusuf Kalla.
"Senang sekali rapat Pak Jokowi," timpal Helmy Yahya.
Jusuf Kalla mengiyakan, menyebut gaya kepemimpinan Jokowi memang demikian, dimana segala keputusan diambil bersama.
Helmy pun mengulik kesimpulan dari perkataan JK tentang beda gaya SBY dan Jokowi dalam mengambil keputusan.
"Tapi artinya apa di zaman pak SBY ?" tanya Helmy Yahya.
Menurut JK, keputusan di zaman Presiden SBY jauh lebih ringkas dan cepat dibanding saat ini.
"Lebih ringkas, lebih terarah lebih cepat kita ambil keputusan," kata Jusuf Kalla.
"Makanya bapak bilang lebih cepat lebih baik yah," kata Helmy Yahya.
"Ya begitu," tandasnya. (*)