Nina menunjukkan foto yang kemudian mengundang ingatan Alis tentang keluarga dan kampung halamannya.
"Baru di situ meledak ingat keluarga," kata Alis.
Rupanya, Nina telah mengetahui bahwa ada sebuah program yang bisa mempertemukan mereka, anak-anak Timor Leste yang hilang antara tahun 1975 sampai 1999 dengan keluarganya.
Nina menceritakan bahwa saat dikunjunginya, Alis terkejut.
"Kaya ngga percaya gitu ada yang cari dia gitu, 'ibu siapa?', 'Saya orang Timor Leste pak saya mau cari bapak'," kisahnya.
Datangnya Nina mengunjungi pria itu menjadi awal mula perjalanan Alis pulang ke kampung halaman setelah 42 tahun.
Alis mungkin menjadi satu dari segelintir anak Timor Leste yang beruntung, akhirnya dapat pulang ke tanah kelahirannya.
Sebelum terbang ke Timor Leste, Alis mengikuti sebuah workshop di Bali yang juga mengumpulkan orang-orang yang bernasib serupa dengannya, terpisah dari keluarga saat masih anak-anak.
Alis mengaku gugup saat akan bertemu keluarga yang sudah berpuluh-puluh tahun tak pernah ia tahu kabarnya, apalagi berkomunikasi.
Namun, bersama dengan kegugupannya, Alis pun merasakan kerinduan dan keinginan untuk mengetahui kabar mereka. Meski di sana, orang tua Alis telah tiada.