"Aku masih hidup," ucap Alis ketika tiba di rumah keluarganya di Timor Leste.
Alis menangis di pelukan saudaranya yang masih hidup sambil mengucapkan kata-kata memilukan itu.
Selama ini ia hidup bahagia dengan istri dan anak-anaknya, namun kerinduan terhadap keluarganya di Timor Leste tetap terselip di hatinya.
Kisah terenggutnya masa kecil Alis dari kampung halamannya terjadi di tahun 1977.
Ketika itu, kebanyakan saudaranya ikut dalam perang melawan Indonesia, sementara ia yang masih kecil tetap bersama sang ibu.
"Kalau kakak-kakak yang lain ini udah misah semua ikut perang waktu itu mempertahankan Timor Timor di kesatuan fretilin," katanya.
Namun suatu hari ketika ia tengah bersama teman-temannya di pinggir jalan, seorang tentara menghampirinya.
"Orang tua masih di gereja, saya sama temen-temen di pinggir jalan, posisi kita lagi judi di jalan gitu lah, sama temen-temen,"
"Datang tuh satu mobil tuh, di situ tuh ada ABRI dua orang di situ,"
"Ketika kita lagi judi di situ waktu itu, mereka nanya, 'nak udha tau belum ibu kotanya negara Indonesia', gitu," ungkapnya.