Yan mengklaim bahwa sebelum melarikan diri dari negaranya, informasinya dihapus dari database pemerintah dan bahwa rekan-rekannya 'diberitahu untuk menyebarkan rumor tak benar tentang dia'.
"Ini adalah akal sehat bagi orang China,' katanya. 'Kami tahu di bawah pemerintahan China (mereka berisiko)."
"Mereka menghapus semua informasi saya dan juga mereka mengatakan kepada orang-orang untuk menyebarkan rumor tentang saya, bahwa saya pembohong."
"Saya tidak tahu apa-apa, saya baru saja membunuh seekor hamster di lab. Mereka akan mencoba untuk mengontrol keluarga dan teman-teman saya dan kemudian tiba-tiba saya tidak ada."
Yan mengaku dirinya berasal dari universitas ternama di Hong Kong, salah satu pusat penelitian penyakit menular yang terkemuka di dunia.
Bahkan tempatnya bekerja tersebut menjadi salah satu jaringan epidemiologi global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Awalnya dia hanya menjalankan perintah dari atasannya untuk meneliti epidemi SARS yang mematikan di kawasan tersebut.
Namun setelah hasil penelitiannya selesai, ia justru merasa seperti dibungkam, bahkan atasannya lebih takut pada pemerintah ketimbang menyebarkan kebenaran mengenai virus mematikan tersebut.
"Saya adalah seorang dokter medis dan PHD, kata Yan,' Saya bekerja dengan sekelompok ahli top di dunia dan karena saya memiliki dua gelar dari China daratan, saya adalah orang yang ditugaskan untuk melakukan penyelidikan rahasia tentang pneumonia baru di Wuhan."
"Selama penyelidikan saya, apa yang saya temukan saya laporkan kepada atasan saya, tidak ada tanggapan, karena semua orang khawatir."