"Semangat menjadi guru itu kalau di surat kabar yakni mendidik umum dalam skala luas, tapi tetap sebagai guru yang ingin mengajar di kelas juga tetap hidup di hati beliau," ujar Ninok Leksono.
Tak hanya berpandangan dalam hal mendidik generasi muda Indonesia, sosok Jakob Oetama juga dipandang sangat berpandangan dalam hal kemanusiaan.
"Dulu saya ingat tahun '80-an ketika muncul ancaman perang nuklir, itu beliau menganjurkan wartawan untuk menekuni bidang itu. Karena sangat membahayakan keselamatan umat manusia," terang Ninok.
Ternyata hal itu diulang lagi ketika ancaman perubahan iklim semakin nyata. Jakob Oetama menyadari bahwa bahaya yang mengancam umat manusia sehingga juga penting untuk diangkat.
"Yang menjadi bagian dari pergulatan beliau untuk keselamatan manusia Indonesia dan umat manusia secara keseluruhan," imbuh Ninok.
Ninok Leksono juga mengatakan bahwa Jakob Oetama suka dengan ungkapan-ungkapan, baik dalam bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Latin, maupun dalam bahasa Perancis.
"Ini juga sudah saya tulis dalam sebuah buku. Tetapi, yang jelas beliau itu orangnya rendah hati," pungkas Ninok Leksono.
Meninggalnya Jakob Oetama pun kini jadi perbincangan banyak orang di tanah air.
Dalam prosesi pemakaman, rencananya Ketua MPR Bambang Soesatyo akan memimpin serah terima jenazah pendiri Kompas Gramedia di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta, Kamis (10/9/2020).