Indonesia selama ini telah terus-terusan menolak klaim China, dan Indonesia telah meminta diplomasi dalam rangka mengklarifikasi klaim nine dash-line China.
Namun China tidak pernah membalas.
Dalam artikelnya, Huaigao menulis jika Beijing memang berniat mempertahankan ambiguitas mengenai koordinasi dan dasar hukum legal mengenai nine dash-line.
Hal tersebut merupakan cara curang China menghindari adanya peningkatan ketegangan dengan negara ASEAN.
Interpretasi ini sepertinya terlalu murah hati, karena nyatanya China lakukan aksi militer di wilayah tersebut yang bisa merusak hubungan dengan ASEAN.
Tidak ada alasan untuk berharap kebijakan mengenai klaim tidak jelas atas nine-dash line akan segera berubah.
Dan selama masih ada makna ganda seperti ini, sama sekali tidak ada kemungkinan niat baik dari China dalam bernegosiasi atas usulan mereka menggabungkan China dan Indonesia.
Jika suatu saat Indonesia mau bergabung dengan SRMA, maka hak kedaulatan maritim atas Zona Ekonomi Eksklusif di perairan Natuna akan hilang.
Pasalnya, akan ada pihak berwenang yang mengurusi sumber daya alam, sehingga perairan Indonesia yang kaya itu akan direbut oleh China, yang akan mulai mengeksplorasi wilayah yang mereka klaim jadi wilayah 'gabungan'.