China adalah negara besar dengan banyak lapangan terbang di berbagai medan dan dalam kondisi iklim yang berbeda, dan J-20 perlu terbang di lebih banyak wilayah untuk beradaptasi, kata Fu.
Ketegangan perbatasan telah mereda, dan laporan media asing mungkin memiliki motif tersembunyi, kata para analis.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan pada konferensi pers rutin pada hari Senin bahwa saling menghormati dan mendukung antara China dan India adalah arah yang benar, dan sejalan dengan kepentingan jangka panjang kedua negara.
China bersedia bekerja dengan India untuk meningkatkan kepercayaan politik timbal balik, mengelola perbedaan dengan benar, memperkuat kerja sama pragmatis, dan menjaga keseluruhan pengembangan hubungan bilateral, katanya.
China dan India telah mengadakan beberapa putaran pembicaraan tingkat militer senior, dan setuju untuk melepaskan pasukan garis depan, menyusul bentrokan perbatasan pada bulan Juni.
J-20 adalah jet tempur siluman paling canggih di China, sebanding dengan F-22 dan F-35 milik AS.
Pada bulan Juli, India menerima lima jet tempur Rafale dari Prancis, dan media India membanggakan kemampuannya sebagai yang lebih unggul dari J-20.
Namun, para ahli militer China mengatakan bahwa Rafale hanyalah jet tempur generasi ketiga plus, dan tidak memiliki banyak peluang untuk melawan siluman generasi keempat seperti J-20. (*)