Sosok.ID - Sebuah tenda sederhana berukuran besar berdiri kokoh di lapangan permukiman RT13/02, Komplek Perumahan DKI, Pondok Kopi Jakrta Timur, Selasa (11/8/2020).
Tenda tersebut sejak pagi rupanya telah dipenuhi anak-anak hingga remaja. Mereka duduk di bangku plastik dan meja sederhana yang sudah tersusun rapi.
Satu meja bisa dipenuhi dau sampai tiga anak. Sebenarnya sedang apa mereka?
Rupanya, anak-anak itu sedang belajar via online menggunakan laptop atau telepon genggam.
Mereka belajar di sana lantaran warga setempat menyediakan fasilitas Wifi gratis khusus para pelajar.
Dari foto yang diterima Kompas.com, mereka tengah serius belajar.
Walau seragam sekolah yang mereka gunakan berbeda-beda, mereka tetap menyatu di sana demi menimba ilmu Foto diterima Kompas.com dari Ketua RT 13, Agus Sugianto (61).
Agus juga menjadi salah satu pencetus ide fasilitas Wifi gratis untuk para pelajar.
Agus mengatakan fasilitas ini sudah mulai berjalan sejak 13 Juli 2020 lalu, tepatnya setelah kegiatan belajar-mengajar kembali digelar.
Namun, ide ini sudah muncul dalam benak Agus jauh sebelum 13 Juli.
Pada awal-awal pemberlakuan belajar di rumah karena Covid-19, Agus mulai merasa banyak warga yang kesulitan mengikuti sistem belajar itu.
Biaya internet yang mahal untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah jadi salah satu kendalanya.
Hal tersebut selalu terngiang di kepala Agus hingga akhirnya dia memutuskan harus melakukan sesuatu.
Maka dari itu, dia berinisiatif mengajak warga untuk membuat posko Wifi gratis untuk para pelajar.
“Akhirnya kita setiap warga patungan Rp 5.000 satu kepala keluarga untuk menyumbang. Untuk biaya internet ada 75 rumah nah cukup lah biaya itu untuk bayar internet bulanan. Nah kebetukan Wifi rumah di sini besar-besar semua maka sebagian warga ada yang sumbangkan modem ke kita,” ucap Agus saat dihubungi, Selasa (11/8/2020).
Alhasil, upaya-upaya baik itu berbuah manis. Anak-anak pun mulai berdatangan ke pos yang Agus bangun guna belajar.
Bukan hanya untuk internal warga RT13, warga dari wilayah lain juga berdatangan. Bahkan lebih banyak warga dari wilayah lain yang belajar di tempat itu.
Tentu saja Agus tidak melarang anak-anak dari warga di luar wilayah masuk.
Bagi dia, semakin banyak yang menggunakan fasilitas ini, maka semakin banyak pula anak yang terselamatkan lantaran bisa melanjutkan proses belajar mengajar.
Bahkan, setiap paginya, Agus selalu membekali anak-anak itu susuk kemasan kotak kardus berukuran sedang. Semua anak dipastikan harus dapat.
“Kita sediakan susu Ultra setiap hari, lumayan lah bakal isi perut mereka,” tambah Agus.
Biasanya, dalam satu hari tenda bisa dipenuhi sampai 30 orang.
Masuk ke sore hari, para siswa mulai pulang dan mahasiswa yang juga ingin belajar pun mulai berdatangan.
Walau cukup ramai, Agus tetap mewajibkan semua orang menggunakan masker dan cuci tangan di tempat yang sudah disediakan.
Untuk biasa operasional tenda, warga harus merogoh kocek sekitari Rp 500.000 guna membayar biaya internet dengan kecepatan modem 20 mbps.
Beruntung pihaknya juga menerima bantuan dari warga berupa dua modem internet dengan kecepatan 50 mpbs dan 75 mbps.
Namun bagi Agus dan warganya, apalah arti uang Rp 500.000. Lebih berharga menolong mereka-mereka yang tak mampu beli kuoat tuk belajar dari pada menyimpan uang Rp 500.000 untuk perut sendiri.
“Warga kami berprinsip jangan diri sendiri yang senang, bagaimana kalau kita di posisi seperti mereka. Untungnya solidaritas antar warga di sini cukup kuat,” ucap dia.
Ketika ditanya mau sampai kapan akan menyediakan fasilitas ini, Agus menjawabnya santai sambil sedikir tertawa.
“Ya sampai sekolag masuk lagi. Kita sampai kapanpun tergantung sekolahnya masuk kapan. Kalau masih dibutuhkan kita akan terus ada,” kata dia. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Patungan Rp 5.000 Tiap Rumah, Jadilah Pos Wifi Gratis untuk Siswa di Pondok Kopi"