Bahkan, setiap paginya, Agus selalu membekali anak-anak itu susuk kemasan kotak kardus berukuran sedang. Semua anak dipastikan harus dapat.
“Kita sediakan susu Ultra setiap hari, lumayan lah bakal isi perut mereka,” tambah Agus.
Biasanya, dalam satu hari tenda bisa dipenuhi sampai 30 orang.
Masuk ke sore hari, para siswa mulai pulang dan mahasiswa yang juga ingin belajar pun mulai berdatangan.
Walau cukup ramai, Agus tetap mewajibkan semua orang menggunakan masker dan cuci tangan di tempat yang sudah disediakan.
Untuk biasa operasional tenda, warga harus merogoh kocek sekitari Rp 500.000 guna membayar biaya internet dengan kecepatan modem 20 mbps.
Beruntung pihaknya juga menerima bantuan dari warga berupa dua modem internet dengan kecepatan 50 mpbs dan 75 mbps.
Namun bagi Agus dan warganya, apalah arti uang Rp 500.000. Lebih berharga menolong mereka-mereka yang tak mampu beli kuoat tuk belajar dari pada menyimpan uang Rp 500.000 untuk perut sendiri.
“Warga kami berprinsip jangan diri sendiri yang senang, bagaimana kalau kita di posisi seperti mereka. Untungnya solidaritas antar warga di sini cukup kuat,” ucap dia.