Keberangkatan Pratiwi tersebut adalah untuk mengawal peluncuran satelit Palapa dan mengerjakan eksperimen ilmiah lainnya.
Sebelum menjalankan tugas negara kala itu Pratiwi harus menjalani pemusatan latihan yang cukup ketat di Amerika Serikat (AS).
"Selama ini saya menjaga kesehatan," kata Pratiwi kepada Harian Kompas.
Namun impian untuk menjadi wanita Indonesia dan Asia pertama yang menginjakkan kaki di luar angkasa harus pupus lima bulan sebelum Pratiwi naik pesawat Ulang-alik.
Ahli mikrobiologi dari Universitas Indonesia itu gagal mengudara lantaran salah satu pesawat luar angkasa yang diberi nama Challenger milik AS dengan misi STS-51-L, meledak di udara hanya 73 detik setelah lepas.
Pesawat ulang-alik itu meledak di ketinggian 15 atau 16 kilometer di atas permukaan bumi dengan disaksikan ribuan orang termasuk keluarga astronot yang berada di dalam pesawat kala itu.
Insiden itupun menewaskan tujuh orang astronot di dalam pesawat yang dinyatakan meninggal dunia.
Padahal peristiwa penting itu disiarkan secara langsung melalui saluran televisi di seluruh dunia.
Meski demikian, Pratiwi tetap mengukirkan prestasi dan banyak dikenal oleh publik serta menjadi idola kaum muda.
Bahkan pada tahun 1988, Pratiwi mndapatkan gelar sebagai peneliti terbaik UI.