"Sementara seluruh dunia terentang tipis dalam perang melawan pandemi, tindakan dan tindakan yang tidak bertanggung jawab yang melanggar hukum internasional masih terjadi, mempengaruhi lingkungan keamanan dan stabilitas di wilayah tertentu, termasuk di wilayah kami," kata Phuc, yang tidak menyebutkan China sehubungan dengan komentar tersebut.
Filipina adalah negara yang mengambil keputusan cepat untuk menghentikan kesemena-menaan China tersebut.
Duterte terang-terangan membatalkan niatnya untuk menghentikan kerjasama militer dengan AS baru-baru ini.
Dengan kata lain, kerjasama militer antara Filipina dan AS tetap berlanjut demi menjaga kedaulatan wilayahnya setelah ancaman nyata diberikan oleh China.
Padahal Duterte berniat menyudahi kerjasama yang disebut sebagai Visiting Force Agreement (VFA) dengan Amerika Serikat pada bulan Agustus 2020. (*)