Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Menilik Drone Bawah Air Poseidon, Torpedo Raksasa Pembawa Hulu Ledak 2 Megaton Berjuluk Nuklir Hari Kiamat Milik Rusia

Rifka Amalia - Sabtu, 30 Mei 2020 | 15:13
Ilustrasi - Rusia berencana untuk menguji kapal selam tak berawak berhulu ledak nuklir di perairan Kutub Utara musim gugur ini.
rbth.com

Ilustrasi - Rusia berencana untuk menguji kapal selam tak berawak berhulu ledak nuklir di perairan Kutub Utara musim gugur ini.

Jika diledakkan di lepas pantai timur Amerika Serikat (AS), hulu ledak nuklir yang Poseidon bawa bisa menciptakan gelombang tsunami setinggi puluhan meter di samping kerusakan yang disebabkan oleh ledakan nuklir itu sendiri.

Maret 2018, Presiden Rusia Vladimir Putin mengonfirmasi keberadaan drone bawah air raksasa.

Baca Juga: China Kembangkan Rudal Nuklir Bawah Laut SLBM JL-3 Dengan Jangkauan 12.000 Km, Sekali Tembak Bisa Hancurkan AS

Poseidon adalah salah satu dari enam senjata nuklir strategis baru negeri beruang merah.

Drone nuklir Poseidon milik Rusia
Defence Blog

Drone nuklir Poseidon milik Rusia

Pada Juli 2018, Departemen Pertahanan Rusia merilis sebuah video yang menunjukkan fasilitas tempat drone itu dirakit, dan sebuah film animasi yang menunjukkan bagaimana drone digunakan dalam situasi perang yang sebenarnya.

“Drone memiliki beberapa keunggulan. Kapal selam dengan awak di atas kapal, tentu saja, adalah senjata yang kuat, tetapi ada batasan tertentu pada faktor manusia," kata mantan Kolonel Direktorat Intelijen Utama (GRU) Rusia Alexander Zhilin.

"Poseidon secara praktis bisa waspada dan melakukan tugas kapan saja,” ujar dia kepada Sputnik Radio di bawah kontrol Kremlin, Selasa (26/5), seperti dikutip Moscow Times.

Baca Juga: 100 Rudal Antarbenua Siap Libas AS Tiba-tiba, Tiongkok: Kami Cinta Damai, tapi Jangan Berpikir Nuklir Ini Tak Bisa Meledak

Zhilin, Kepala Pusat Studi Masalah Keamanan Nasional Terapan Publik Universitas Lobachevsky, Rusia, menepis kekhawatiran tentang potensi kerentanan drone terhadap peretas dan cyberterrorist.

“Penampilan drone sekelas ini, tentu saja, membutuhkan banyak tanggungjawab karena dikelola melalui perangkat lunak. Jelas bahwa ada risiko tertentu ketika dalam operasi peretas dapat mencoba mengambil kendali," katanya.

"Tetapi, berbicara dengan insinyur dan desainer kami, saya sampai pada kesimpulan bahwa ada perlindungan besar-besaran terhadap gangguan eksternal,” ujar Zhilin kepada Sputnik Radio seperti Moscow Times kutip.

Source :Kontan.co.id

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x