Sosok.ID - Dikuasai amarah adalah tindakan paling berbahaya dalam kehidupan sehari-hari.
Pasalnya saat emosi berkecamuk berlebihan dalam diri, otak dan hati manusia kerap kali tidak sepaham dalam melakukan tugasnya.
Mungkin, itulah alasan muncul nasihat agar kita mengistirahatkan otak sejenak sebelum bertindak di luar nalar saat marah.
Baru-baru ini peristiwa mengenaskan terjadi dalam hubungan rumah tangga pasangan suami istri.
Seorang suami dengan inisial MT (45) di Riau nekat menebas leher istrinya Lamiah (43), Senin (21/4/2020).
Peristiwa nahas itu terjadi di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) Riau.
Melansir Kompas.com, karena emosi, MT diketahui membacok Lamiah dengan parang.
Lamiah sontak tewas seketika dengan darah bercucuran.
Kejadian itu terjadi di rumah keduanya, yakni di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Kateman, Inhil, ungkap Paur Humas Polres Inhil AKP Warno.
Mulanya, pelaku sedang sakit demam dan tengah duduk di dapur.
MT kala itu dikatakan mendengar suara istrinya dalam panggilan telepon.
Usut punya usut, rupanya Lasmiah berkomunikasi dengan pria lain melalui sambungan telepon di kamarnya.
MT pun menegur istrinya untuk mematikan telepon.
Namun sang istri tak mempedulikan teguran suminya dan malah menyuruh sang suami untuk diam.
Meradang, cek cok pun terjadi.
Merasa kesal dan emosi dengan Lasmiah, MT bergegas mengambil parang dan menebas leher korban.
Leher Lasmiah nyaris putus, sampai di bagian rahang.
"Pelaku MT emosi lalu mengambil sebilah parang dan mengayunkan ke arah leher belakang korban yang mengakibatkan leher korban bagian belakang hampir putus ke bagian rahang," kata Warno, seperti dikutip Sosok.ID, dilansir dari Kompas.com, Kamis (23/4/2020).
Lasmiah tergeletak tak berdaya di tempat kejadian pekara (TKP).
Ia meninggal dunia dalam keadaan mengenaskan di tangan suaminya sendiri.
Pihak kepolisian lantas melakukan olah kejadian pekara di TKP.
Pelaku diamankan dengan barang bukti yang ditemukan bersama korban.
"Setelah dilakukan serangkaian penyelidikan, pelaku MT langsung diamankan dengan barang bukti sebilah parang panjang dan pakaian korban yang berlumuran darah," ujar Warno. (*)