Dirinya sempat berusaha kabur dan mengadu ke tetangga, tetapi hal itu sia-sia. "Dua bulan awal bekerja majikan masih berlaku baik. Sudah mulai betah, tapi di bulan ketiga mulai berlaku kasar dan mulai disiksa. Setiap hari saya disiksa oleh majikan saya. Pernah akan kabur dan minta tolong tetangga tapi enggak peduli," jelas Ika, Selasa (21/4/2020).
Dipaksa bunuh diri dengan cutter
Tak hanya pukulan dan tendangan, Ika mengaku sempat dipaksa bunuh diri dengan cara menyayat pergelangan tangan kirinya dengan cutter.
Saat itu, dirinya yang dikuasai rasa takut, menyayat sebanyak enam kali.
Lalu, saat kelaparan, Ika mengaku hanya diberikan makanan yang sudah tak layak seperti nasi basi tanpa lauk pauk.
Sikap kasar dari majikannya itu harus ia terima setiap hari, tak ada habisnya.
Bahkan, dirinya harus menerima ancaman pembunuhan dari majikannya jika tidak menuruti permintaan RS dan S.
Terungkap di kantor polisi Ika menceritakan, kasus tersebut terbongkar saat dirinya dibawa ke kantor polisi karena dituduh mencuri ponsel milik majikannya.
Saat itu, petugas di kantor polisi curiga dengan luka lebam dan kondisinya yang lemas.
"Saat di kantor polisi kondisi saya lemas, memar, mau jalan juga susah, polisinya curiga. Saya diantar ke RS Bhayangkara. Kemudian saya divisum. Baru tahu kalau tenggorokan saya luka parah, pita suara rusak. Penyiksaan yang saya alami terbongkarnya awalnya ya dari situ," ujarnya.
Hal senada diungkapkan juga oleh Sumardjo (40), ayah kandung Ika.