“Awalnya, ibunya yang pergi dulu (ke rumah sakit), saya akan pergi selesai shalat Jumat, karena saya mengira anak saya sakit biasa,” ungkap Sahabudin, September silam.
“Dalam hati saya menyebutkan, lebih baik saya lihat Zaenal masuk penjara 10 tahun, daripada dipukul dan mati,” lanjutnya.
Sahab menyayangkan anaknya harus dipukuli sampai kehilangan nyawa.
Ia akan lebih ikhlas jika putranya dipenjara, asalkan masih hidup dan dapat bersua.
"Tidak bisa saya bayangkan bagaimana rupa anak saya itu jika saat dipukul. Dipenjara saja 10 tahun tidak apa-apa," ungkap Sahab, sambil menghela napas panjang.
Paman Zaenal tak sanggup berkata-kata
Safrudin, paman Zaenal, mengaku sedih melihat rekonstruksi kasus penganiayaan Zaenal.
Safrudin tak bisa membayangkan bagaimana penganiayaan yang menimpa Zaenal justru dilakukan oleh aparat penegak hukum.
"Iya saya lihat langsung tadi kejadiannya. Saya sangat sedih sekali, dan perihatin melihat tindakan-tindakan oknum polisi," ungkap Safrudin dengan mata berkaca-kaca di lokasi, Senin (9/12/2019).
Menurutnya, dengan kondisi Zaenal yang sudah parah, polisi tak perlu melanjutkan memukuli Zaenal.