Sosok.ID - Sebilah keris milik Pangeran Diponegoro, telah kembali pulang.
Sempat tidak diketahui kabarnya, keris Diponegoro akhirnya ditemukan dan dikembalikan ke Indonesia.
Melansir Kompas.com, pusaka ini rupanya telah mendekam selama 150 tahun di Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda.
Dicari-cari hampir dua abad lamanya, saat ditemukan dan disadari keberadaannya, keris milik Pangeran Diponegoro oleh pihak Belanda langsung diserahkan ke Museum Nasional Indonesia.
Kabar tersebut disampaikan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Inggrid van Engelshoven.
"Saya bahagia bahwa penelitian mendalam ini, yang diperkuat ahli Belanda dan Indonesia, menjelaskan bahwa ini adalah keris yang dicari-cari selama ini." kata Inggrid, seperti dikutip Sosok.ID, dilansir dari Kompas.com, Selasa (10/3/2020).
"Sekarang keris ini dikembalikan ke negeri asalnya: Indonesia," ucap Inggrid, dalam rilis yang dikeluarkan.
Duta Besar Indonesia I Gusti Agung Wesaka Puja di Kedubes RI di Den Haag, menerima keris ini pada Selasa (3/3), dan menyerahkannya ke Kepala Museum Nasional Indonesia, Siswanto pada Kamis (5/3).
"Semoga hari ini menjadi berkat bagi kita semua. Karena hari ini merupakan momentum yang bersejarah dengan kembalinya keris Pangeran Diponegoro sejak keluar dari Tanah Air kita 150 tahun lalu," ucap Dubes Puja, dikutip dari Historia.id via Kompas.com.
Baca Juga: Arab Saudi Tantang Perang Dagang Rusia, Raja Salman Bakal Guyur Dunia dengan Minyak Mentah
Hari ini, pada Selasa (10/3/2020), Raja Belanda Willem Alexander menyerahkan sebilah keris milik Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro kepada Presiden Joko Widodo.
Secara simbolis, pusaka itu diserahkan saat Raja Willem dan Jokowi bertemu di Istana Kepresidenan, Bogor, Jawa Barat.
Momen pengembalian itu, tak lupa diabadiakan oleh kedua belah pihak.
Raja Willem dan Presiden Jokowi didampingi Ratu Belanda Maxima Zorreguieta Cerruti dan Ibu Negara Iriana, mengambil foto bersama di samping keris tersebut.
Sejak Koninklijk Kabinet van Zeldzaamheden (KKZ) bubar, keberadaan keris bersejarak milik Pangeran Diponegoro sempat dipertanyakan.
KKZ sendiri merupakan tempat koleksi khusus kabinet kerajaan Belanda.
Sebelum dipulangkan ke Tanah Air, peneliti Indonesia dan Belanda bersama-sama melakukan penelitian terhadap keris tersebut demi memastikan kebenaran kepemilikannya.
Untuk diketahui, Belanda memperoleh keris tersebut setelah perang besar di tahun 1825-1830 saat Pangeran Diponegoro ditangkap.
Kolonel Jan-Baptist Cleerens kemudian memberikan keris Pangeran Diponegoro sebagai hadiah untuk Raja Willem I pada tahun 1831.
Ia kemudian disimpan oleh KKZ, dan keberadaannya mulai menjadi teka-teki.
Sebab benda-benda koleksinya memang tersebar ke banyak museum, namun catatan informasi tentang benda-benda itu ikut hilang bersamaan dengan bubarnya KKZ.
"Kerisnya ada tapi catatannya hilang. Jadi bukan kerisnya yang hilang," tutur Ketua Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada, Sri Margana, pada Historia.id, dikutip dari Kompas.com.
Pencarian kemudian dilakukan pada 1984 oleh kurator Museum Volkenkunde, Peter Pott, namun terhenti.
Johanna Leigfeldt kembali melakukan pencarian pada 2017, dan Tom Quist melakukan pencarian pada 2019.
Quist dan Leigfeldt kemudian menemukan tiga keterangan yang mengarah ke identifikasi keris Kiai Nogo Siluman.
Keterangan didapatkan dari surat Sentor Prawirodjiro, mantan perwira Perang Diponegoro, kemudian dari Kolonel Jan-Baptist Cleerens yang membawa keris, dan dari Raden Saleh yang melukis keris itu.
Bukti-bukti tersebut lantas dikonfirmasi oleh Sri Margana.
Sampai pada 24 Februari 2020 Margana terbang ke Negeri Belanda guna memastikan keaslian keris tersebut.
Setelah perjalanan panjang, kini keris itu telah kembali ke pangkuan Indonesia, bergabung dengan pusaka lain milik Pangeran Diponegoro.
Sementara itu, Pesiden Jokowi dalam pernyataannya menekankan komitmen untuk terus bekerjasama dengan Belanda.
Ia juga menyinggung terkait sejarah perang di masa lalu.
"Saya ingin menyampaikan bahwa kita tentu tidak dapat menghapus sejarah, namun kita dapat belajar dari masa lalu," Kata Presiden Jokowi.
"Kita jadikan pelajaran tersebut untuk meneguhkan komitmen kita untuk membangun sebuah hubungan yang setara, yang saling menghormati, dan saling menguntungkan," tandasnya. (*)