"Kerisnya ada tapi catatannya hilang. Jadi bukan kerisnya yang hilang," tutur Ketua Departemen Sejarah Universitas Gadjah Mada, Sri Margana, pada Historia.id, dikutip dari Kompas.com.
Pencarian kemudian dilakukan pada 1984 oleh kurator Museum Volkenkunde, Peter Pott, namun terhenti.
Johanna Leigfeldt kembali melakukan pencarian pada 2017, dan Tom Quist melakukan pencarian pada 2019.
Quist dan Leigfeldt kemudian menemukan tiga keterangan yang mengarah ke identifikasi keris Kiai Nogo Siluman.
Keterangan didapatkan dari surat Sentor Prawirodjiro, mantan perwira Perang Diponegoro, kemudian dari Kolonel Jan-Baptist Cleerens yang membawa keris, dan dari Raden Saleh yang melukis keris itu.
Bukti-bukti tersebut lantas dikonfirmasi oleh Sri Margana.
Sampai pada 24 Februari 2020 Margana terbang ke Negeri Belanda guna memastikan keaslian keris tersebut.
Setelah perjalanan panjang, kini keris itu telah kembali ke pangkuan Indonesia, bergabung dengan pusaka lain milik Pangeran Diponegoro.
Sementara itu, Pesiden Jokowi dalam pernyataannya menekankan komitmen untuk terus bekerjasama dengan Belanda.
Ia juga menyinggung terkait sejarah perang di masa lalu.