Follow Us

Lebih Parah dari Wabah SARS 17 Tahun Lalu, Ilmuwan Mati-matian Ciptakan Vaksin Penangkal Corona, Peneliti di Australia Malah Duplikat Virusnya, Ternyata Ini Tujuannya!

Rifka Amalia - Sabtu, 01 Februari 2020 | 06:00
Ilmuwan terkemuka Doherty Institute, Julian Druce (kanan) dengan wakil direktur Doherty Institute Mike Catton (kiri).
Doherty Institute via Daily Mail

Ilmuwan terkemuka Doherty Institute, Julian Druce (kanan) dengan wakil direktur Doherty Institute Mike Catton (kiri).

Dalam sebuah konferensi pers pada hari Rabu sore, Dr Catton mengatakan bahwa menumbuhkan virus adalah 'bagian dari teka-teki' utama dalam menemukan vaksin - tetapi memperingatkan ada jalan panjang sebelum virus ini diberantas.

Nantinya, para ilmuwan akan menguji setiap vaksin potensial dan melihat reaksinya terhadap virus di laboratorium.

Baca Juga: Dianggap Restui Warganya Jadi Pencuri Sawit, Motor Kades Ini Dibakar Dan Digantung Ditiang Listrik, Pelaku Pembakaran Anaknya Sendiri

Harapan Penemuan Vaksin Corona

Hasil duplikat virus yang dilakukan ilmuwan Australia, disebut pra dokter dapat digunakan sebagai materi kontrol yang akan membantu kepentingan diagnosis.

Duplikat ini membantu para dokter sehingga dapat mengembangkan tes pra diagnosis untuk mendeteksi keberadaan virus pada setiap orang yang bahkan belum memunculkan gejala apapun.

Dikutip dari Kompas.com, ilmuwan Julian Druce berkata bahwa timnya telah bekerja snagat keras untuk memahami tentang virus corona 2019-nCoV.

"Kami mengamati selama 10-12 jam, baru selesai pukul 2.00 pagi. Kami telah merancang dan merencanakan latihan seperti ini selama beberapa tahun. Inilah yang dibangun Doherty Institute," kata Druce.

Baca Juga: Bikin Warga Curiga dengan Gorong-gorong Mampet, Seorang Siswa Diduga Korban Bullying Ditemukan Tewas Terjebak di Beton Drainase, Wakepsek: Paling Anak-anak Cuma Becanda

"Karena sudah berlatih sejak lama, kami bisa mendapat hasilnya pada hari Jumat. Ini untuk diagnosis, deteksi, pengurutan, dan isolasi pasien," imbuhnya.

Catton, seorang ahli patologi mengatakan, 2019-nCoV adalah virus tingkat tiga, yang artinya virus tersebut berbahaya. Namun tidak semematikan virus Ebola.

Sementara itu, meskipun jumlah korban terinfeksi jauh lebih banyak dibanding wabah SARS (dan kemungkinan akan terus bertambah), namun tingkat kematian akibat virus corona dikatakan Catton, jauh lebih rendah dibanding wabah SARS di tahun 2002-2003

Halaman Selanjutnya

(*)

Source : Daily Mail, kompas.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest