Follow Us

Lebih Parah dari Wabah SARS 17 Tahun Lalu, Ilmuwan Mati-matian Ciptakan Vaksin Penangkal Corona, Peneliti di Australia Malah Duplikat Virusnya, Ternyata Ini Tujuannya!

Rifka Amalia - Sabtu, 01 Februari 2020 | 06:00
Ilmuwan terkemuka Doherty Institute, Julian Druce (kanan) dengan wakil direktur Doherty Institute Mike Catton (kiri).
Doherty Institute via Daily Mail

Ilmuwan terkemuka Doherty Institute, Julian Druce (kanan) dengan wakil direktur Doherty Institute Mike Catton (kiri).

Para ilmuwan bahkan menyebutkan bahwa virus ini akan terus berkembang hingga menginfeksi ratusan ribu orang dalam skala global.

Duplikat Virus Corona

Melansir Daily Mail, para ahli di Institut Infeksi dan Imunitas, Peter Doherty Melbourne, berhasil mengambil sampel virus dari pasien pertama yang didiagnosis di Australia.

Baca Juga: Viral, Penumpang KRL Soraki Pejabat Gegara Rapat Dalam Kereta Hingga Bikin Heboh, Disebut-Sebut Ada Wapres Ma'ruf, Begini Penjelasan KAI!

Mereka bekerja sepanjang waktu demi berhasil menumbuhkan virus di atas sel, untuk membagikannya pada WHO dan mendistribusikannya ke laboratorium di seluruh dunia.

Hal ini dilakukan di tengah harapan dapat membantu mengembangkan vaksin corona dalam dua bulan.

Para ilmuwan di China sebelumnya telah berbagi runutan genom virus corona yang baru, namun bukan sampel fisik virus itu sendiri.

Ketika para ilmuwan Melbourne menemukan bahwa mereka telah menumbuhkan virus tersebut, wakil direktur Doherty Institute Mike Catton mengatakan: "Kami berhasil mendapatkannya (virus). Fantastis."

Baca Juga: Dicap Sebagai Janda Muda Setelah Alami Pernikahan Kelam 9 Tahun Lalu, Aurelie Angkat Bicara Soal Statusnya: Aku Enggak Pernah Menikah!

Para Ilmuwan Australia berusaha menggandakan virus corona dengn harapan dapat membantu penemuan vaksin dengan lebih cepat dan mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Daily Mail

Para Ilmuwan Australia berusaha menggandakan virus corona dengn harapan dapat membantu penemuan vaksin dengan lebih cepat dan mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Dia mengatakan virus itu 'berbahaya' tetapi tidak mematikan seperti Ebola yang menewaskan 11.000 orang di Afrika Barat pada tahun 2014 atau SARS yang menyebar dari China dan menewaskan sekitar 800 orang pada tahun 2003.

"SARS yang kita tahu memiliki tingkat kematian sekitar 10 persen. Virus korona ini tampaknya tiga persen. Pendapat pribadi saya malah lebih rendah dari itu," kata Dr Catton kepada ABC, dilansir via Daily Mail, Jumat (31/1/2020).

Source : Daily Mail, kompas.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya

Latest