Namun jika dipertimbangkan lebih dalam ada problem serius yang bakal dialami Indonesia jika nekat membeli Rafale tanpa pikir panjang.
Problemnya ialah 'Logistic Nigthmare'
Seperti diketahui TNI AU memiliki segudang alutsista 'gado-gado' mulai dari T-50i dari Korea Selatan, Hawk 109/209 dari Inggris, F-16 dari Amerika Serikat dan Sukhoi Su-27/30 dari Rusia.
Untuk merawat pesawat-pesawat itu TNI AU memiliki Depo Pemeliharaan (Depohar) agar setiap unit pesawat dapat beroperasi dengan optimal.
Macam servis, pergantian spare part, turun mesin hingga Mid Life Upgrade (MLU) dilakukan oleh Depohar.
Bayangkan saja dengan tiga jenis jet tempur dari empat negara Depohar harus kerja keras agar setiap unit pesawat siap pakai untuk menjaga Bumi Pertiwi.
Dan ingat pembelian suku cadang pesawat tidak semudah yang kita bayangkan, harus pesan, antri dulu dan ongkos amat mahal.
Apalagi Sukhoi Su-27/30 TNI AU jika mengalami perbaikan berat maka harus diangkut dengan pesawat kargo menuju Belarusia untuk diperbaiki disana, keluar ongkos lebih mahal lagi.
Itu baru deretan jet tempur TNI AU, belum lagi pesawat lainnya macam C-130 Hercules, CN Series, helikopter hingga Boeing 737.