Sosok.ID - Taiwan, dinilai sebagai duri dalam daging bagi negeri Panda.
Maksud Beijing, Taiwan adalah teritorinya yang masuk dalam 'One China' bersama Hong Kong serta Tibet.
Namun rakyat Taiwan menginginkan kemerdekaannya sendiri, mereka bukan bagian dari China meski nenek moyang keduanya sama.
Kisruh keduanya sudah berlangsung sejak lama dan beberapa kali diwarnai tensi ketegangan hingga konfrontasi bersenjata.
Salah satunya ialah Krisis Selat Taiwan Ketiga tahun 1995-1996.
Mengutip National Interest dan theasiadialogue.com, krisis dimulai ketika presiden Taiwan saat itu Lee Teng-hui pergi menerima undangan dari almamaternya di Universitas Cornell di Ithaca , New Work.
Disana Lee Teng-hui yang condong akan penyatuan Taiwan dengan China malah menyampaikan pidato mengenai Demokrasi di Taiwan.
Beijing tak senang dengan ocehan Lee itu yang mereka anggap sebuah penegasan jika Taiwan adalah negara merdeka, bukan bagian dari China.
Padahal visa Lee setahun sebelum kunjungan itu dibekukan oleh Amerika Serikat (AS).
Namun segera diaktifkan lagi karena Kongres AS membela Lee yang berarti AS mendukung Taiwan sebagai negara berdaulat.
Baca Juga: Boleh Dicontoh Indonesia, Taktik Taiwan Lawan Kuatnya Militer China, Andalkan Peperangan Asimetris
Hal diatas juga semakin memancing amarah China dan negeri Tirai Bambu mencap Lee sebagai pengkhianat yang hendak memecah belah One China.
Presiden China saat itu, Jiang Zemin mencak-mencak mendapati hal ini.
Ia langsung memerintahkan militer China untuk melakukan 'tekanan' kepada Taiwan sebagai konsekusensinya.
Maka pada tanggal 7 Juli 1995, militer China melakukan uji coba penembakan rudal yang berjarak hanya 60 kilometer dari Pulau Pengjia yang dikuasai Taiwan.
Padahal China mengujicoba rudal yang daya jangkaunya lebih dari 65 km, ini sudah termasuk melakukan invasi.
China juga mengerahkan pasukan di Fujian, melakukan latihan serangan amphibi disana dan serangkaian penembakan rudal lainnya.
Padahal pada tahun itu Taiwan hendak melakukan pemilu presiden.
China sengaja melakukan serangkaian manuver militer tersebut untuk mengintimidasi agar rakyat Taiwan ketakutan dan mengagalkan pemilu lantas bersatu dengan China.
Atau jika Taiwan bebal dan Lee Teng-hui kembali terpilih maka sama saja deklarasi perang.
Namun kelakuan China malah menjadi bumerang bagi mereka.
AS melihat sikap arogan China ini sebagai tantangan bertarung kepada mereka yang menjadi pendukung Taiwan.
Presiden Bill Clinton lantas memerintahkan Armada Ketujuh US Navy untuk memberangkatkan satuan Carrier Battle Group ke selat Taiwan.
USS Nimitz, USS Independence dan USS Belleau wood beserta kapal perang Destroyer, Fregat hingga kapal selam melabrak China di selat Taiwan dalam mode siap tempur.
Powerfullnya armada US Navy ini membuat China kesal namun sekali lagi hanya bisa layangkan protes keras kepada AS.
Presiden Jiang Zemin harus mengakui jika ia meneruskan 'kampanye militernya' maka bisa saja AS akan menyerbu negaranya.
Jalan satu-satunya bagi China hanya satu : mundur!
Krisis ini selesai usai China menarik pasukannya kembali ke markas dan pemilu Taiwan tahun 1996 sukses diselenggarakan. (Seto Aji/Sosok.ID)