"Jika itu yang dijadikan patokan, tentunya ada cukup banyak orang yang bisa dikategorikan rendaha dalam hal fungsi adaptif," terangnya yang dikutip dari Kompas.com.
Thuraisingam menunjukkan masa kecil Ridzuan yang lain.
Seperti fakta bahwa dia tidak terlalu bagus dalam mata pelajaran SD.
Sebaliknya, dia malah "bangga" jika mendapat nilai nol di ujian.
Dia disebut cenderung menghindari tugas yang dia tidak suka.
"Kemudian dia sering membolos, lebih suka bermain di sebuah geladak, serta meminta bibinya untuk mengerjakan PR-nya," ujar Thuraisingam.
Jika bibinya tidak bisa menyelesaikannya, maka Ridzuan akan memukul tangan sang bibi menggunakan penggaris dalam kemarahannya.
Leung kemudian menjawab dia akan menanyai Ridzuan mengapa dia "bangga" ketika mendapat nilai nol di sekolah, dan menyebut ada banyak alasan mengapa dia tidak pandai.
Namun, Leung memberikan prediksi bahwa "kegembiraan" si ayah kemungkinan berasal dari ibu maupun neneknya yang sering tidak memerhatikannya.
Jika nantinya terbukti secara sengaja menyiksa si anak hingga tewas, Ridzuan terancam menghadapi hukuman mati, atau seumur hidup dengan dicambuk. (Alfa)