Sosok.ID - Di era teknologi canggih seperti ini, memiliki seorang anak tanpa melakukan pembuahan kini sudah bisa dilakukan dengan mudah.
Menariknya, pesatnya perkembangan kemajuan teknologi di bidang medis ini membuat muncul tren baru untuk memiliki anak tanpa suami di kalangan para wanita karier.
Sehingga bagi para wanita karier yang tak ingin direpotkan dengan kehidupan rumah tangga namun tak mau kehilangan naluri dan insting keibuan, fenomena tren punya anak tanpa suami ini cukup banyak dijadikan jalan keluar.
Salah satu negara yang kini diketahui tengah marak menerapkan tren ini adalah negara China.
Fenomena memiliki anak tanpa suami sedang digemari para perempuan asal China.
Akibat kesulitan mencari pasangan hidup, semakin banyak perempuan China memilih untuk memiliki anak tanpa suami.
Sebagian besar dari mereka memilih untuk berburu di luar negeri untuk mendapatkan penyumbang donor sperma berkulit putih.
Larangan Gunakan Bayi Tabung
Saat ini banyak perempuan lajang asal China yang kesulitan mengakses bank sperma.
Lebih jauh lagi terdapat larangan menggunakan fasilitas bayi tabung oleh pemerintah.
Sehingga sebagian dari mereka mencari alternatif di luar negeri.
Kisah Xiaohunzhu (Nama Samaran)
Seorang perempuan asal China bernama Xiaohunzhu (nama samaran) sedang membuka lembar halaman album foto pria keturunan Perancis dan Irlandia bermata biru.
Dirinya bukan membuka album keluarganya, melainkan sedang memilah-milih calon pemberi donor sperma untuk dibeli.
Xiaohunzhu berusia 39 tahun dan termasuk kelompok baru perempuan lajang di China yang mendamba memiliki anak tanpa suami, seperti dilansir oleh AFP yang dikutip Deutsche Welle, (712/2019).
Pria pilihan Xiaohunzhu jatuh pada seorang pria dengan identitas #14471 (dari album donor sperma).
Untuk mendapatkannya, Xiaohunzhu diharuskan pergi ke California, Amerika Serikat untuk melakukan proses pertama dari pembuahan buatan.
"Ada banyak perempuan yang tidak ingin menikah, jadi mereka tidak bisa memenuhi hasrat biologis paling fundamental yaitu mempunyai anak," katanya tanpa menyebut nama asli.
"Tapi saya merasa jalan lain sudah terbuka." katanya.
Bayi Xiaohunzhu saat ini sudah berusia sembilan tahun.
Ia memberi nama anaknya, Oskar, terinspirasi dari sebuah karakter fiktif komik tentang Revolusi Prancis.
Data Pernikahan Menurun
Menurut data statistik, tingkat pernikahan di China cenderung menurun dalam lima tahun terakhir.
Angka pernikahan di China menunjukkan 7,2 dari 1000 orang yang menikah di China.
Komentar Sosiolog
Sosiolog asal China, Sandy To menilai perempuan berpendidikan tinggi semakin sulit menemukan calon pasangan lantaran praktik "diskriminasi".
Menurutnya Sandy kaum pria biasanya "kesulitan menerima calon pasangannya yang memiliki pencapaian ekonomi dan akademik yang lebih tinggi."
Xiaohunzhu meyakini figur ayah tidak dibutuhkan dalam keluarga.
"Kenapa semua orang selalu berpikir anak akan bertanya 'kenapa saya tidak punya ayah?'," katanya.
Nilai Pasar Pembuahan Artifisial
Analis memperkirakan nilai pasar layanan pembuahan artifisial di China akan mencapai USD 1,5 miliar pada 2022.
Angka ini adalah dua kali lipat dibandingkan tahun 2016.
Bank Sperma Denmark, Cyros International, bahkan membuka layanan khusus untuk konsumen China, lengkap dengan staf penutur Mandarin.
Bank sperma internasional biasanya akan menawarkan sejumlah detail pemberi donor, seperti warna rambut, foto masa kecil dan latar belakang etnis.
"Jika Anda memilih donor, spermanya menjadi komoditas," kata Carrie, ibu berusia 35 tahun yang membesarkan anaknya tanpa suami.
Carrie menilai bank sperma asing lebih mampu "memenuhi kebutuhan konsumen" daripada bank-bank lokal.
Kebutuhan tersebut adalah memahami keinginan konsumen untuk memperbaiki keturunan.
"Perempuan China biasanya memilih donor kulit putih," kata Peter Reeslev, Direktur Cyros International.
Hal ini diamini oleh pelaku pasar di Chinasendiri. Xi Hao, koordinator sebuah klinik di Beijing yang membantu perempuan China mengakses klinik di California mengakui "pemberi donor yang dipilih kebanyakan pria kulit putih."
Tapi Xiaohunzhu punya alasan lain memilih donor berdarah Prancis untuk anak pertamanya.
"Saya pribadi tidak peduli pada warna kulit," kata dia.
"Saya hanya peduli kedua matanya berukuran besar dan berwajah tampan." ungkapnya. (Dinar Fitra Maghiszha/TribunnewsWiki)
Artikel ini pernah tayang di Tribunnewswiki dengan judul: Berburu Pria Kulit Putih untuk Donor Sperma, Begini Fenomena Punya Anak Tanpa Suami di Cina
(*)