Sosok.ID - Baru berusia 27 tahun dan sudah menduduki posisi puncak di tempat dimana ia mengabdi sebagai pengajar.
Risa Santoso (27) gemparkan masyarakat Indonesia baru-baru ini dengan rencana lulus kuliah tanpa harus mengerjakan skripsi.
Ia resmi dilantik menjadi menjadi rektor di Institut Teknologi dan Bisnis ASIA, Malang pada Sabtu (2/11/19) lalu setelah menjadi tenaga pengajar di sana selama dua tahun.
Pengangkatannya sebagai rektor tersebut membuat Risa memecahkan rekor baru.
Risa Santoso diusianya yang baru menginjak 27 tahun tersebut tercatat sebagai rektor termuda di Indonesia.
Tak hanya menjadi rektor termuda, namun Risa juga menjadi rektor pertama di Institut tersebut.
Sebab sekolah tinggi yang berada di kota Malang tersebut baru saja terbentuk belum lama ini.
Institut Teknologi dan Bisnis ASIA tersebut merupakan gabungan dari dua sekolah tinggi yang sudah berkembang sebelumnya.
Keduanya adalah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) ASIA Malang dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) ASIA Malang.
Dua sekolah tinggi tersebut berada di bawah Yayasan Wahana Edukasi Cendekia yang melebur menjadi Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang.
Penggabungan tersebut setelah turunnya surat Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) nomor 744/KPT/I/2019 pada 23 Agustus 2019.
Melansir dari Kompas.com, hal tersebut dikonfirmasi oleh Risa Santoso sebagaimana terbitnya surat keterangan dari Menristekdikti tersebut.
"Rektor ASIA, saya memang rektor pertama, karena sebelumnya dua perguruan tinggi yang terpisah, jadi sebelumnya adanya dua ketua (sekolah tinggi),” ujarnya, dikutip dari Kompas.com.
Sebelum berkiprah dalam dunia pendidikan tinggi sebagai tenaga pengajar, Risa Santoso ternyata pernah menjadi orang dekat Presiden RI.
Wanita berusia 27 tahun tersebut tercatat pernah bekerja sebagai Staf Kepresidenanan di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) selama hampir tiga tahun.
Tepatnya Risa bekerja sebagai Tenaga Ahli Muda di Kantor Staf Kepresidenan (KSP) pada tahun 2015 hingga 2017.
Saat bekerja di staf kepresidenan, Risa menjadi bawahan Luhut Binsar Panjaitan.
Saat itu, Luhut yang saat ini menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi masih menjabat sebagai Kepala KSP.
"Waktu saya masuk (sebagai Tenaga Ahli Muda) masih Pak Luhut (Kepala KSP). Setelah itu ada reshuffle digantikan oleh Pak Teten Masduki, dan sekarang digantikan oleh Pak Moeldoko,” katanya saat diwawancara di ruang kerjanya, Kamis (7/11/2019), melansir dari Kompas.com.
Dilansir dari Tribunnewsmaker.com, Risa Santoso memang memiliki kepandaian diatas rata-rata.
Setelah lulus Strata satu (S1) di University of California, Berkeley, dalam jurusan Ekonomi.
Ia melanjutkan pendidikannya dengan belajar di Harvard University dengan mengambil jurusan pendidikan.
Baca Juga: Berita Populer : Dari Wanita yang Datang Bulan Tapi Melahirkan Anak Hingga Matinya Pemimpin ISIS
Itu artinya, Risa dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat ini, Nadiem Makarim adalah satu almamater.
Karena kepandaiannya tersebut, Risa dapat meraih beasiswa untuk melanjutkan studinya dengan memanfaatkan beasiswa dari LPDP.
Melansir dari Kompas.com, meskipun berasal dari almamater yang sama yakni Harvard University, Risa mengaku belum pernah berinteraksi langsung dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim
"Bedanya (angkatan) lumayan jauh, jadi tahu saja. Saya nggak pernah interaksi secara langsung, mungkin nanti kedepannya,” katanya, dikutip dari Kompas.com.
Tak hanya sampai disitu saja, Risa yang menempuh studi dalam bidang ekonomi dan pendidikan tersebut saat mengidolakan salah satu tokoh negara.
Risa Santoso sangat mengidolakan rekan se-kabinet Nadiem Makarim yakni, Sri Mulyani.
Bukan tanpa alasan kalau Risa mengidolakan Sri Mulyani. Menurutnya, Sri Mulyani adalah satu di antara sedikit wanita yang sukses dalam menjalankan kariernya.
"Salah satunya mungkin Ibu Sri Mulyani yang menurut saya sudah bisa benar-benar diakui oleh dunia. Dia waktu di World Bank, lalu dia balik lagi menjadi menteri kita," katanya.
"Sebagai wanita yang berkarier, punya keluarga dan benar-benar bisa membuktikan bahwa dia bisa berkontribusi untuk bangsa,” sambungnya.
Dilansir dari Kompas.com, saat disinggung mengenai kebijakan apa yang akan diambil setelah diangkat menjadi rektor.
Risa mencanangkan mahasiswa lulus bisa tanpa harus mengerjakan tugas akhir skripsi.
"Mungkin salah satu yang ingin saya terapkan (dari Harvard University) adalah, untuk tugas akhirnya, gimana caranya supaya kita ini lebih membantu mahasiswa untuk siap di dunia kerja. Jadi mereka ini bisa memilih, apakah mau skripsi atau mau bekerja di luar dan membuat project akhir,” katanya.
Tapi untuk mahasiswa yang ingin melanjutkan ke jenjang magister dan ingin menjadi akademisi, tugas akhirnya tetap skripsi. “
Kalau mereka ingin lanjut S2, mau jadi akademisi, dosen tentunya tetap harus bikin skripsi,” ungkapnya.
Risa memiliki cara tersendiri untuk menerapkan kebijakannya itu meski struktur di bawahnya adalah orang-orang yang lebih tua darinya.
Risa meyakini, komunikasi yang tepat dalam menyampaikan ide akan menjadi cara yang efektif dalam menjalankan segala kebijakannya.
"Yang penting itu kreativitas, lalu berani mengambil keputusan juga berani mengutarakan ide. Misalnya ada sesuatu yang ingin saya inisiasi itu berani untuk menyuarakan itu. Karena mau tidak mau kita harus proaktif jika ingin berbuat sesuatu dan memberikan dampak yang positif,” ungkapnya.
Seperti diketahui, Risa Santoso dilantik menjadi Rektor Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang pada Sabtu (2/11/2019). (*)