Rutinitas menyeberangi danau untuk menuntut ilmu sudah dilakukan Agus selama dua tahun ini.
Ia tinggal bersama orangtuanya di pondokan Waru, yakni rumah yang terpisah dari permukiman warga lain meski masih berada dalam satu wilayah Banjar Terunyan.
Memang saat masih duduk di bangku kelas 1 sekolah dasar, ia diantar oleh ayahnya ke sekolah.
Tapi semenjak kelas 2 ia sudah mulai memberanikan diri untuk berangkat kesekolah sendirian dan menggunakan sampan melintasi Danau Batur.
“Kalau berangkat sekolah awal-awalnya diantar bapak. Tapi sejak kelas II SD saya berangkat sendiri,” katanya kepada Bali.Tribunnews.com, Rabu (4/9/2019).
Semangatnya untuk menimba ilmu tak dapat diragukan, bahkan ia rela bangun lebih awal ketimbang teman-temannya seumuran agar dapat sampai ke sekolah tepat waktu.
Mengingat jarak tempuh rumahnya ke sekolah lumayan jauh.
Sebab untuk menuju ke sekolahnya ia harus 30 menit lebih awal berangkatnya dibanding dengan teman-temannya yang tidak melintasi Danau Batur.
Bila musim penghujan tiba, ia terkadang harus rela untuk absen sekolah sebab akan berbahaya jika ia nekat untuk menyusuri danau dikala hujan turun.