Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Berderai Air Mata, 28 Anggota Paskibra Amalatu Tetap Kibarkan sang Merah Putih Meski Tanpa Seragam

Tata Lugas Nastiti - Senin, 19 Agustus 2019 | 14:00
Berderai Air Mata, 28 Anggota Paskibra Amalatu Tetap Kibarkan sang Merah Putih Meski Tanpa Seragam
Kolase gambar Kompas.com/Enal Patty dan TRIBUN NEWS / HERUDIN

Berderai Air Mata, 28 Anggota Paskibra Amalatu Tetap Kibarkan sang Merah Putih Meski Tanpa Seragam

Sosok.ID - Semarak kemerdekaan HUT RI ke-74 masih terasa di berbagai pelosok Indonesia meski sudah dua hari berlalu.

Beragam cerita dan momen unik saat HUT Kemerdekaan RI ke-74 pun masih banyak beredar dan menarik untuk disimak.

Seperti kisah para paskibra Kecamatan Amalatu, Kabupaten Seram Barat, Maluku yang menangis bersama saat mengibarkan sang merah putih di HUT RI ke-74.

Ya, seperti daerah lainnya di Indonesia, pada Sabtu (17/8/2019) kemarin, Kecamatan Amalautu, Kabupaten Seram Barat, Maluku baru saja menggelar upacara pengibaran bendera merah putih.

Baca Juga: Viral, Tak Ingin Sakiti Pujaan Hati, Seorang Pria Asal Kalbar Nekat Nikahi Kedua Pacarnya Sekaligus dengan Mas Kawin Rp 10 Ribu!

Melansir Tribun Ternate, sebanyak 28 anggota paskibra dari berbagai sekolah di Kecamatan Amalatu, Maluku dipilih untuk ikut terlibat dalam upacara pengibaran bendera.

Namun, berbeda dengan prosesi upacara bendera di daerah lainnya, peringatan HUT RI di Kecamatan Amalatu dipenuhi oleh isak tangis para peserta upacara.

Tak hanya para peserta upacara saja yang menitikkan air mata, para tamu undangan pemerintahan pun diketahui ikut menangis selama upacara pengibaran sang saka.

Bukan karena haru, usut punya usut, rupanya yang membuat para peserta upacara menangis adalah kesedihan yang dirasakan para paskibra upacara HUT RI Kecamatan Amalatu, Maluku.

Baca Juga: Dibelikan Sandal Jepit oleh Melanie Subono 23 Tahun Lalu, Parman : Kebaikan Orang Sekecil Apapun Saya Ingat

Puluhan anggota paskibra upacara HUT RI ke-74 di Kecamatan Amalatu, Maluku menangis lantaran tak diberikan seragam seperti yang telah dijanjikan pemerintah.

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, tanpa atribut paskibra, puluhan siswa dari beberapa sekolah ini mengibarkan bendera merah putih dengan seragam sekolah mereka masing-masing.

Kendati tetap menjalankan tugas mereka dengan baik sebagai anggota paskibra, 28 siswa ini tak sanggup menahan kekecewaan yang mereka rasakan.

Beberapa dari mereka pun terlihat tak kuasa menahan air mata saat tengah mengibarkan bendera merah putih.

Baca Juga: Aksi Heroiknya Beri Minum Polisi yang Terbakar Viral, Ridwan Suryana Dijanjikan Bakal Dapat Penghargaan dari Kepolisian

Padahal sebelumnya, para anggota paskibra ini dijanjikan akan mendapatkan seragam saat upacara.

Namun pada hari H, seragam yang dinanti tak kunjung datang.

Tak ayal, kekecewaan para anggota paskibra ini pun terasa sampai ke hati para peserta upacara dan tamu undangan.

Mengutip Kompas.com, beberapa peserta dan tamu undangan upacara pun terlihat menangis saat ke 28 anggota paskibra ini tetap mengibarkan sang saka dalam perasaan kecewa.

Baca Juga: Gunakan Bunga Edelweis Sebagai Hiasan Akad Nikah, Roger Danuarta dan Cut Meyriska Bisa Terancam Dipenjara 5 Tahun dan Denda Ratusan Juta

Kami semua merasa sangat sedih dan menangis saat menjalankan tugas karena kami melakukannya hanya dengan baju seragam SMA,” kata salah seorang anggota Paskibra yang enggan namanya seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas.com, Senin (19/8/2018).

Siswa tersebut mengatakan, tugas menjadi anggota Paskibra bukan hanya soal kebanggan keluarga dan sekolah tapi juga upaya pembuktian kecintaan terhadap negara.

“Kami hanya malu dengan kecamatan lain, mereka menggunakan seragam paskibra, dan kami hanya menggunakan seragam sekolah,” ujarnya.

Dilansir Sosok.ID dari Tribun Ternate, atas kejadian ini, pihak Kecamatan Amalatu pun menuai berbagai kecaman dari warga.

Baca Juga: 2 Anggota TNI Ditembak KKB Papua, Pangdam Cendrawasih Sebut OPM Diduga Manfaatkan Momen HUT RI untuk Aksi Teror

Bahkan salah satu tokoh masyarakat Kecamatan Amalatu, Herry Patty (62) mengatakan kejadian ini adalah sebuah kegagalan sistemasi camat setempat.

Ia pun mengaku miris melihat kesedihan dan kekecewaan yang dialami ke-28 anggota paskibra saat mengibarkan bendera merah putih.

"Untuk skala kecamatan, sangat tidak mungkin kalau fasilitas kepada Paskibra tidak ada.

Sangat miris sekali kita melihat 28 Paskibra berpakaian seragam SMA sambil menangis saat menjalankan tugasnya,” ucap Hery saat dihubungi secara terpisah dari Ambon seperti dikutip Sosok.ID dari Tribun Ternate, Senin (19/8/2019).

Baca Juga: 18 Tahun Lalu Pernah Jadi Paskibraka Istana Negara, Anak Indro Warkop Ngaku Bangga Akhirnya Lepas dari Bayang-bayang Nama Besar sang Ayah

Herry Patty bahkan meminta Bupati Seram Barat untuk mengevaluasi kecamatan setempat.

Memang benar subtansi dari pengibaran bendera itu bukan ada di pakaiannya anggota Paskibra tapi, bukan berarti tidak ada fasilitas yang diberikan kepada anak-anak yang menjalankan tugas pengibaran bendera kan," tutupnya.

Sama seperti Herry Patty, warga Kecamatan Amalatu lainnya juga merasa kecewa dan mengecam kinerja pihak kecamatan yang tidak tanggap.

Parahnya lagi, kejadian ini bukan terjadi sekali dua kali.

Baca Juga: Selamat dari Kecelakaan Maut yang Renggut Nyawa Orang Tuanya, Seorang Bocah 6 Tahun Pasrah Memeluk Adiknya yang Nangis Histeris

Melansir Tribun Ternate, kejadian seperti ini pernah terjadi saat HUT RI di tahun 2011 silam.

Mirisnya lagi, saat itu para anggota Paskibra selalu dibebankan untuk mencari seragam sendiri.

Terkait kejadian ini, Camat Amalatu, Adaweya Wakano pun angkat bicara.

Saat ditemui awak media, Adaweya Wakano memang mengakui saat itu para anggota paskibra menjalankan tugas mereka dengan mengenakan seragam sekolah.

Baca Juga: Bolak-Balik Gelapkan BPKB Senilai Milyaran, Meyssi si Ratu Sosialita Nangis Pasrah Diadukan Suami ke Polisi: Saya Terlena Hidup Mewah

Adaweya Wakano mengaku kejadian ini terjadi lantaran pihak kecamatan tak memiliki anggaran untuk pengadaan seragam bagi anggota paskibra.

Selama ini, anggaran Paskibra didapat melalui sumbangan sekolah dan para guru serta pemerintah desa.

“Saya sudah sampaikan ke kepala sekolah bahwa selama ini kita tidak punya anggaran soal ini, jadi saya bilang mereka (Paskibra) cari pakaian nanti saya tanggung apa yang kurang seperti garuda, sarung tangan, dan perlengkapan lain. Itu saya siapkan,” ujarnya.

Baca Juga: Heboh Kayu Bajakah Disebut Obat Penyembuh Kanker, Ketum Yayasan Kanker: Tak Perlu Berharap Terlalu Tinggi

Namun karena waktu yang sudah mepet, akhirnya ia mengusulkan untuk menyewa seragam paskibra dengan bantuan para guru-guru di sekolah setempat.

Adaweya Wakano mengatakan ketika ia dan para nggota paskibra sudah sepakat, guru-guru justru menolak dan mengira bila pihaknya mendapatkan anggaran dari Kabupaten.

Kenyataan yang terjadi rupanya tidak seperti itu, info anggaran dari Kabupaten ternyata masih berupa wacana semata.

Baca Juga: Ditinggal Ibu Jadi TKI, Seorang Balita Ditemukan Nangis Lemas Memeluk Jasad Ayahnya yang Sudah Tewas 3 Hari

“Ada informasi yang beredar bahwa setiap tahun saya itu dapat dana Rp 17 juta untuk acara ini, saya sudah laporkan itu ke Kesbangpol Seram Bagian Barat, nanti Senin besok ada guru yang dipanggil untuk menjelaskan darimana informasi itu didapat."

"Jadi saya tidak mau salahkan siapa-siapa tapi kita harus clear kan masalah ini,” pungkas Adaweya Wakano.

(*)

Source :Kompas.comTribun Ternate

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x