Sosok.ID- Sejarah mencatat bagaimana perjuangan para pahlawan dalam usaha memerdekakan Indonesia sebagai sebuah negara.
Begitu banyak kisah heroik yang tercatat dalam usaha membawa Indonesia untuk merdeka sebagai sebuah negara.
Dan perjuangan para pendahulu tersebut tak bisa dikesampingkan, dalam perjuangan meraih kemerdekaan bukanlah hal mudah.
Segala yang dimiliki harus rela dikorbankan demi merdekanya bangsa Indonesia sebagai sebuah negara yang berdaulat.
Pengorbanan para pahlawan masa itu tidaklah sia-sia, hingga pada 17 Agustus 1945 menjadi momen yang dinantikan oleh rakyat kala itu.
Dengan berkumandangnya suara Soekarno saat membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia, didampingi Bung Hatta dan dihadapan ratusan orang yang memenuhi kediaman Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 menjadi momen yang tak bisa luar biasa bagi bangsa Indonesia.
Momen penuh gegap gempita menghantarkan lahirnya sebuah bangsa yang besar, bangsa Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan dan berdirinya Indonesia menjadi sebuah negara tak bisa terlepas dari sosok Soekarno.
Bersama dengan Bung Hatta, Soekarno menjadi salah satu tokoh sentral berdirinya Indonesia sebagai sebuah negara.
Dan dikemudian hari Soekarno dan Hatta duduk sebagai Presiden dan wakil Presiden pertama setelah lahirnya Indonesia.
Sosok Bung Karno lekat dengan perjuangan rakyat Indonesia.
Penuh Karismatik, Ketegasan, Keberanian, Kecerdasan, dan Kehangatan menghantarkan Soekarno menjadi tokoh sentral bagi kemerdekaan Indonesia.
Namun, sosok hebat laiknya Bung Karno, ia tetaplah manusia biasa yang bisa menangis.
Ada beberapa momen haru yang membuat Bung Besar meneteskan air mata semasa hidupnya.
Tercatat ada empat momen yang membuat Sang Putra Fajar berderai air mata.
Berikut Kisah empat Tangisan Soekarno :
Baca Juga: Kantongi Nama Terduga Pelaku Penembakan Brigadir Heidar, Polri Akui Alami Kendala Buru KKB Papua
1. Tangisan Saat Membacakan Isi Pancasila Untuk Pertama Kali di Depan Ruang Sidang BPUPKI
Masa setelah Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 adalah babak baru sebuah negara bernama Indonesia.
Dalam sebuah negara terdapat dasar falsafah hidup yang menjadi pijakan untuk melangkah.
Ideologi Pancasila bukanlah suatu ideologi yang keluar begitu saja, atau bukan sebuah pedoman yang biasa-biasa saja.
Pancasila adalah falsafah hidup Indonesia.
Dalam buku berjudul, "Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat", terrekam jelas momen bersejarah tangisan Soekarno.
Saat di hadapan peserta sidang BPUPKI, Soekarno membacakan butir demi butir ideologi pancasila dengan berderai air mata.
Momen pembacaan pancasila sebagai sebuah ideologi berbangsa dan bernegara pada tanggal 1 Juni 1945 tersebut menjadi hari lahirnya ideologi Pancasila.
2. Tangisan Soekarno di Bahu Daud Beureuh, Tokoh Pejuang Aceh
Momen dimana Bung Karno muhibah ke Aceh untuk bertemu tokoh pejuang dari Aceh, Daud Beureuh untuk mengajak rakyat Aceh bergabung dalam perjuangan melawan Belanda tahun 1948.
Di momen itu, Daud Beureuh bersedia untuk bergabung dengan Republik asal dengan syarat rakyat Aceh diberikan kebebasan menjalankan syariat Islam.
Walau Soekarno menyetujui permintaan tersebut, dengan tujuan untuk menjadi tanda persetujuan itu disodorkanlah secarik kertas untuk dibubuhi tanda tangan sang Presiden RI pertama.
Melihat keraguan Daud atas kesediaannya mengabulkan permintaan rakyat Aceh, Seraya menyeka air matanya, Sukarno berkata: “Wallah, Billah, kepada rakyat Aceh nanti akan diberi hak untuk menyusun rumah tangganya sendiri sesuai dengan syariat Islam. Dan Wallah, saya akan mempergunakan pengaruh saya agar rakyat Aceh benar-benar nanti dapat melaksanakan syariat Islam di daerahnya," dikutip dari buku berjudul "Kisah Kembalinya Tengku Muhammad Daud Beureueh ke Pangkuan Republik Indonesia".
3. Tangisan Saat Menandatangani Hukuman Mati Terhadap Sahabatnya
Soekarno adalah salah satu tokoh nasional yang memiliki banyak sekali sahabat dekat.
Hal itu karena kehangatan Soekarno kepada siapa saja.
Salah satu kisah haru terjadi ketika Soekarno dengan berat hati harus menandatangai surat eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan kepada sahabatnya sendiri, Kartosoewirjo sebagai pimpinan DI/TII yang ingin membelot dari NKRI pada kala tahun 1962.
Sempat menunda tanda tangan nyata, dengan berderai air mata ia harus menyetujui eksekusi mati sahabat karibnya itu.
Akhirnya, sang sahabat, Kartosoewirjo pun dieksekusi mati karena konsekuensi membelot dari Republik.
4. Tangisan Bung Karno di Pusaran Makam Ahmad Yani
Saat meletusnya tragedi berdara 30 September 1965, terdapat tujuh tokoh penting kala itu yang direnggut nyawanya.
Baca Juga: Operasi Ten Go, Serangan Banzai Bunuh Diri Tentara Kekaisaran Jepang, Lebih Parah dari Kamikaze
Salah satunya adalah Jenderal Ahmad Yani, orang kesayangan sang presiden kala itu, Soekarno.
Atas kematian orang yang ia rencanakan untuk menggantikan posisinya sebagai presiden dengan cara mengenaskan itu membuat hati Soekarno tak kuasa membendung kesedihan.
Di depan makam jenderal kesayangannya tersebut ia tak kuasa menangis meneteskan air mata atas kepergian Ahmad Yani.
(*)