Follow Us

Hanya Demi Pawai Megah, Dibalik Kostum Gemerlap Gajah Ini Tersimpan Fakta Menyedihkan

Seto Ajinugroho - Rabu, 14 Agustus 2019 | 10:45
Hanya Demi Pawai Megah, Dibalik Kostum Gemerlap Gajah Ini Tersimpan Fakta Menyedihkan
Mirror/Lek Chailert

Hanya Demi Pawai Megah, Dibalik Kostum Gemerlap Gajah Ini Tersimpan Fakta Menyedihkan

Sosok.ID - Bumi bukan hanya milik manusia saja.

Ada hewan dan tumbuhan yang juga berhak menempati dan hidup layak di muka bumi.

Hanya saja manusia diberi porsi lebih banyak dalam mengurus apa yang ada di bumi karena diberi kelebihan berupa akal pikiran berbanding dengan insting milik binatang.

Mengutip Mirror, Rabu (14/8/2019) namun terkadang ada manusia yang tak menggunakan akal pikirannya hanya demi meraup prestise semata tapi mengorbankan kehidupan layak binatang.

Baca Juga: Deretan Foto Kaesang Pangarep dengan Calon Mertua yang Jarang Tersorot Media

Seekor gajah berusia 70 tahun menjadi korban eksploitasi manusia.

Gajah betina bernama Tikiri ini dipaksa berjalan bermil-mil jauhnya dengan ditutupi kostum gemerlap warna-warni.

Tikiri diikutsertakan bersama 60 gajah lainnya dalam sebuah festival keagamaan di Esala Perahera, Kandy, Sri Lanka.

Gajah tua itu didandani sedemikan rupa dan selama 10 malam tanpa henti mengikuti berbagai rangkaian festival.

Rupanya penderitaan Tikiri jauh lebih sengsara sebelum mengikuti festival ini.

Baca Juga: Sebabkan Seorang Anggota Polisi Meninggal, Bahtiar Harus Terpisah dengan Anaknya yang Sudah Tak Memiliki Ibu

Lek Chailert, pendiri Save Elephant Foundation yang sudah menyelamatkan berbagai gajah di Thailand menyebut perlakuan kepada Tikiri tak ubahnya kejahatan akan kehidupan.

"Tikiri bergabung dalam pawai awal setiap malam hingga larut malam setiap malam selama sepuluh malam berturut-turut, di tengah-tengah kebisingan, kembang api, dan asap," kata Lek Chailert.

Lek Chailert lantas terkejut ketika siang harinya melihat kondisi Tikiri.

Menyedihkan, itu yang dipikirkannya ketika melihat Tikiri tanpa kostum pawai.

"Dia berjalan beberapa kilometer setiap malam sehingga orang-orang akan merasa diberkati selama upacara. Tidak ada yang melihat tubuh kurusnya atau kondisinya yang melemah, karena kostumnya."

Baca Juga: Viral Video Seorang Istri Serang Pelakor di Tengah Malam Sambil Teriak-Teriak, Sang Suami Malah Bela Selingkuhan Habis-habisan

"Tidak ada yang melihat air mata di matanya, terluka oleh lampu-lampu terang yang menghiasi topengnya, tidak ada yang melihat kesulitannya melangkah ketika kakinya dibelenggu pendek saat dia berjalan."

"Untuk upacara, semua memiliki hak untuk berkeyakinan selama keyakinan itu tidak mengganggu atau merugikan orang lain." tambah Lek Chailert.

Tubuh Tikiri bagaikan tulang berbalut kulit saja.

Tikiri, tubuhnya kurus bagai tulang berbalut kulit saja.
Lek Chailert

Tikiri, tubuhnya kurus bagai tulang berbalut kulit saja.

Ia kurus, tua dan sakit-sakitan tapi masih dipaksa berjalan demi memberikan pemandangan menyenangkan bagi orang-orang.

"Bagaimana kita dapat menyebut ini suatu berkat, atau sesuatu yang suci, jika kita membuat hidup makhluk hidup lain menderita?"

Tua renta, sakit-sakitan dan tubuh Kurus
Lek Chailert

Tua renta, sakit-sakitan dan tubuh Kurus

"Hari ini adalah Hari Gajah Sedunia. Kita tidak dapat membawa dunia yang damai kepada gajah jika kita masih berpikir bahwa gambar ini dapat diterima."

"Mencintai, tidak menyakiti, mengikuti jalan kebaikan dan kasih sayang," tutup Lek Chailert. (Seto Aji/Sosok.ID)

Source : Mirror

Editor : Seto Ajinugroho

Baca Lainnya

Latest