Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bumi Manusia dan Perlawanan Pram Terhadap Feodalisme di Balik Penjara Pulau Buru

Dwi Nur Mashitoh - Selasa, 13 Agustus 2019 | 06:10
Pramoedya Ananta Toer
Kompasiana

Pramoedya Ananta Toer

Badannya digebuki sampai hampir tak sadarkan diri.

Baca Juga: Kisah Pilu Perpisahan Dwitunggal, Kesetiaan Hatta pada Soekarno yang Menemani sang Sahabat Hingga Akhir Hayatnya

Pemukulan yang dialaminya saat itu merusak pendengarannya.

Telinga kirinya luka parah hingga kadang-kadang mengeluarkan darah sampai ia tua.

Pram digelandang dari tahanan Polisi Militer, ke Cipinang, Tangerang, Nusa Kambangan, hingga tahanan di Pulau Buru.

Penangkapan itu menjadi titik penting dalam hidup Pram.

Membentuknya menjadi sosok yang keras, penuh kemarahan, dan hasrat perlawanan. Semua itu tertuang dalam tulisannya.

Namun, lebih dari 50 karyanya akhirnya berhasil diterbitkan dan diterjemahkan ke 41 bahasa. Sejumlah penghargaan internasional diterimanya, yang paling bergengsi dan kontroversial, Magsaysay Award.

Baca Juga: Sejarah Gelap di Balik Tradisi Panjat Pinang HUT RI, Sempat Jadi Lelucon Belanda Melihat Kebodohan Pribumi Berebut Sembako

Hari ini, karya-karya Pram masih laris dibeli di toko buku dan terus dicetak ulang.

Yang terlaris, Bumi Manusia dari Tetralogi Buru, serta Perburuan, akhirnya difilmkan.

Apa yang membuat Pram begitu ditakuti dulu, namun dirayakan kini?

Source :Kompas.com

Editor : Sosok

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

x