Sosok.ID - Sebagai negara kepulauan, wajib rasanya bagi Indonesia mempunyai armada laut tangguh.
Untuk mewujudkan sebuah armada yang tangguh maka wajib bagi angkatan laut negeri ini memiliki kemampuan operasional tiga matra : laut, udara dan darat.
Untuk mendukung operasional itu maka diperlukan berbagai alat utama sistem senjata (alutsista) masa kini yang up to date.
Mulai dari pesawat maritim, helikopter hingga kapal permukaan sampai amunisinya harus tersedia.
Baca Juga: Bukan Dikubur, Ritual Orang Anga Papua yang Memajang Mayat Sampai Tercium Aroma Khas Jenazah
TNI AL sebagai angkatan perang matra laut Indonesia untungnya sudah diperlengkapi dengan berbagai alutsista untuk mampu melaksanakan peperangan segala aspek dan salah satunya ialah peperangan anti kapal selam.
Sebut saja sekarang ada AS565 MBe Panther yang dipunyai oleh TNI AL berkemampuan mengeliminasi kapal selam.
Ada pula berbagai Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang dilengkapi berbagai sensor untuk mendeteksi kapal selam.
Ternyata ada kisah menarik mengenai pengalaman para personil kapal perang Indonesia yang harus menjalankan pemboman laut untuk mengusir kapal selam asing yang menyusup ke perairan Indonesia.
Mengutip lib.ui.ac.id, seperti diceritakan oleh Laksda TNI (Purn) Ir. Budiman Djoko Said, MM, suatu hari pada tahun 1981, sebuah Gugus Tugas (GT) Eskader dibawah pimpinan Laksma TNI Iman Taufiq dengan salah satu unsurnya yakni KRI Samadikun mendeteksi kehadiran kapal selam asing di perairan Bawean.
Baca Juga: Polisi Beberkan Fakta Sebenarnya Kronologi 4 Pemuda yang Diduga Kencingi Bendera Merah Putih
"Dini hari di dekat perairan Bawean dilaporkan KRI Samadikun kontak (tidak jelas kontak KRI Samadikun dengan kapal selam, entah Probable, Possible atau positive Submarine) kapal selam, jelas bukan kapal selam RI," ujar Laksda Budiman.