Namun, buku itu kemudian dirusak oleh seniornya di Paskibraka.
"Dia menulis di buku diary sampai jam 01.00 dini hari. Dia menulis dari awal sampai akhir di buku diary yang barunya itu. Karena buku diary yang lama punya dia dirobek oleh seniornya di Paskibra," ucap paman Aurel, Indra.
Indra juga mengaku bahwa ia dan keluarganya adalah mantan anggota Paskibraka.
"Keluarga kami memang hampir semuanya ikut Paskibra. Saya, ayah dan ibu Aurel juga ikut Paskibra," kata Indra.
"Dia nulis terakhir di buku diary-nya soal Paskibra. Dalam tulisannya itu ini latihan terakhir di Paskibra. Mungkin itu firasat dari keluarga kami yang mengartikan," paparnya.
Calon pembawa baki
Sebelum meninggal, Aurel mengikuti pelatihan selama satu bulan untuk menjadi pasukan pengibar bendera di Lapangan Cilenggang, Serpong.
Berdasarkan keterangan Ketua Purna Paskibraka Indonesia (PPI) Tangsel, Warta Wijaya, Aurel selama ini dikenal selalu ceria.
"Enggak pernah ngeluh anaknya, selalu ceria selama latihan," kata Warta ketika ditemui di rumah duka seperti dilaporkan Antara.
Ia juga mengatka bahwa Aurel dalam kondisi sehat selama latihan, bahkan terlihat lebih kuat dibanding teman lainnya.