Sementara itu lima orang perwira remaja lainnya, masing-masing Lettu Inf Torang Tobing, Lettu Inf Niko Tumatar, Lettu Inf Edward Simbolon, Letda Inf Istiarto dan Lettu Johanes Bambang, akan ditempatkan di hutan dekat desa Paloh mereka bergabung dengan Satgas-42.
Situasi Kalimantan terutama di Kalimantan Barat pada saat itu masih terdapat aktivitas gerombolan komunis Serawak, maka Komandan Satgas 42/Kopassandha Mayor Sintong Pandjaitan memerintahkan agar disediakan pasukan pengamanan.
Sintong mengatakan bahwa terjun tempur di hutan, akan berkesan bagi para remaja.
Ia pun berani bertanggung jawab atas kematian anggota muda yang bertugas.
"Tapi jika mereka ada yang mati, aku yang bertanggung jawab," kata Sintong.
Sintong Panjaitan saat itu merupakan Komandan Satgas 42/Kopassandha yang ditugaskan menggantikan Satgas 32/Kopassandha dan Kompi A Yonif 412 Kodam VII/Diponegoro.
Sintong Pandjaitan memimpin penerjunan sebanyak 200 orang prajurit baret merah.
Dan untunglah sembilan perwira muda yang ikut terjun saat itu mendarat dengan selamat.
Penduduk di kampung-kampung yang menyaksikan penerjunan itu terkagum-kagum dengan aksi penerjunan pasukan Kopassus.
Berkat pengalaman terjun tempur di hutan Kalimantan Barat, kesembilan perwira remaja mendapat 'Bintang Merah' pada sayap terjun di dada kiri mereka.
Dalam perkembangan selanjutnya, keempat remaja yang ditugaskan selama lima bulan sebagai komandan peleton pada Yonif 515 kemudian, ditarik ke Mako Satgas-42 di Paloh.