17 Tahun Diburu Indonesia, Pimpinan Timor Leste Xanana Gumao Dibekuk Kopassus dalam Kondisi Ketakutan di Lubang Bawah Tanah

Kamis, 11 November 2021 | 19:45
Commando/Museum Kopassus

Xanana Gusmao (tengah bertelanjang dada) saat ditangkap di rumah persembunyiannya oleh Kopassus

Sosok.ID - Komando Pasukan Khusus (Kopassus) memiliki tugas dengan tingkat kesulitan tinggi.

Kopassus kerap diterjunkan di medan-medan sulit dalam berbagai konflik.

Salah satu misi yang dilakukan Kopassus yakni ketika diterjunkan pada konflik Timor Timur.

Saat itu, Korps Baret Merah ditugaskan untuk memburu pimpinan Timor Timur, yang kini disebut sebagai Timor Leste, Xanana Gusmao.

Baca Juga: Operasi Tempur Korps Baret Merah di Bumi Lorosae, Pemimpin Timor Leste Xanana Gusmao Pernah Kena Getahnya

Xanana sendiri sudah menjadi buruan Indonesia sejak 17 tahun lamanya.

Mengutip Majalah Commando edisi 04/X/2014, pada 31 Desember 1978, presiden dari partai garis keras penentang intergrasi Timor Timur ke Indonesia, Fretilin, Nicolau Lobato mati disambar timah panas TNI.

Ketika itu, tersisa Xanana Gusmao sebagai pemimpin Timor Timur.

Rakyat Timor Timur sendiri meyakini kemampuan Xanana Gusmao mampu pecundangi musuh, bak Pitung Betawi yang tak mudah dirobohkan.

Tapi TNI lebih hebat dari Xanana.

Baca Juga: 80% Penduduknya Miskin dan Buta Huruf, Sebenernya Timor Leste Negara Kaya, Malaysia Ungkap Sumber Harta Diluar Minyak yang Harusnya Bisa Diolah Bumi Lorosae

Ketika serangan kelompok bersenjata di Mercado Baucau pada 5 Oktober 1992 terjadi, seorang prajurit dari Yonif 315 gugur.

Senjata dari prajurit itu kemudian dirampas oleh musuh.

Serangan kelompok itu sendiri terjadi ketika pembangunan dalam rangka HUT TNI sedang berlangsung.

Dirampasnya senjata salah satu prajurit memberikan sinyal tanda bahaya terhadap Indonesia.

Baca Juga: Dulu Lantang Katai Indonesia Pembantai, Pejabat Fretilin kepada Media Arab Puji Setinggi Langit NKRI Usai Dukung Timor Leste Raih Hal Ini: RI Supporter Terbesar Kami

Satuan Tugas Pasukan Khusus (Satgaspassus-X) Kopassus merespon cepat sontak merespon cepat.

Dibawah pimpinan Letkol Inf Mahidin Simbolon, Satgaspassus-X mulai bergerak dengan kekuatan 8 perwira, 12 bintara dan dua tamtama.

Mereka melakukan operasi, dan berhasil menangkap seorang jaringan klandesten Baucau-Dili-Manatuto yang ambil bagian dalam penyerangan 5 0ktober 1992, yakni bernama Antonio Anacleto Sera.

Bermula dari penangkapan itu, pemburu Kopassus mendapat informasi mengenai adanya jaringan antara seorang mahasiswa Universitas Timor Timor bernama Fernando dan pengusaha Tionghoa Akuilong dengan Xanana Gusmao.

Baca Juga: Bercucuran Tangis Mengadu kepada Prajurit Australia, Rakyat Timor Leste Ingin Mati di Tempat Lain ketimbang di Negara Sendiri

Menanggapi info tersebut, Letkol Simbolon bergegas membentuk operasi penyelidikan untuk memburu target.

Mereka mulai mencari keberadaan Xanana Gusmao dan menciduk satu per satu orang yang dicurigai sebagai Xanana.

Sulit bagi pemburu Kopassus untuk mengorek informasi lebih jauh mengenai keberadaan Xanana.

Tapi pada akhirnya, musuh membuka mulut.

Baca Juga: Ngotot Lepaskan Diri, Timor Leste Surati Indonesia Butuh Bantuan Medis, KRI dr Soeharso 990 dan Kapal Perang RS Level III Dikirim RI ke Bumi Lorosae

Hasil interogasi kemudian membawa tim menemui orang kepercayaan Xanana yakni Paulo Alves yang berperan sebagai Pembuka Jalan saat mengawal pemimpin Fretilin.

Perburuan masih belum beruntung, tim menemui kendala karena Paulo lolos saat hendak digrebek pada 12 November 2021.

Nyaris frustasi tak kunjung mengetahui keberadaan target, tim pemburu segera mendapat titik terang.

Tim melakukan penelusuran secara estafeta pada peristiea Bunaria Komplek-Same 1990.

Baca Juga: Miskin dan Kacau, Timor Leste Justru Dipastikan Bakal Keluar dari Jurang Covid-19 dengan Kerusakan Paling Ringan Dibanding Negara Lain

Beruntung, seorang estafeta Xanana yakni Yose Tilman alias Akasio membantu tim mengendus persembunyian Xanana.

Usut punya usut, Xanana berada dalam lubang bawah tanah milik seorang anggota polisi Koptu Augusto Pereira di Desa Lahane Barat, Dili.

Letkol Simbolong dengan kilat memerintahkan tim pemburu menuju lokasi diduga tempat Xanana bersembunyi.

Jika tidak bergerak cepat, tim bisa dnegan mudah kehilangan Xanana yang berpotensi pindah lokasi.

Baca Juga: Timor Leste Tak Lagi Sudi Dipecundangi, Australia Dongkol 'Setengah Mati' Proyek Incaran di Bumi Lorosae malah Jatuh ke Tangan China

Maka pada pagi-pagi buta pukul 05.00 WIT tanggal 20 November 1992, tim pemburu dengan dua jip Toyota Hardtop dan sebuah Toyota Kijang melesat menuju sasaran.

Mendekati target, tim melihat dua anggota polisi juga bergerak menuju Dili, belakangan diketahui satu dari polisi itu adalah Koptu Augusto Pereira.

Tim penyergap segera menyebar mengepung rumah persembunyian Xanana.

Commando/Museum Kopassus
Commando/Museum Kopassus

Rumah persembunyian Xanana

Pukul 06.00 WIT tim mulai masuk ke rumah, mengejutkan seisi penghuni.

Penghuni sontak diamankan. Dengan amat senyap, personil Kopassus itu stelling siaga menghadapi kemungkinan terburuk.

Baca Juga: Orang Australia Ini Kuliti Borok Negaranya Sendiri yang Pecundangi Timor Leste Pasca-Merdeka, Sebut Cerita Ini Wajib Disiarkan ke Seluruh Dunia

Saat memasuki bilik, tim tak menemukan Xanana Gusmao.

Tapi justru dengan begitu, tim yakin Xanana masih berada di lubang bawah tanah.

Tumpukan pakaian di bawah lemari sontak diobok-obok oleh personil Kopassus.

Mereka mendapati adanya papan penutup lubang.

Dengan sergap, tim menodongkan senapan SS1 ke dalam lubang yang diisi sosok manusia bertelanjang dada.

Baca Juga: Dipecundangi pun Timor Leste Tak Tinggal Diam! Dosa Besar Autralia di Masa Lalu Kini bak Bukti Munafiknya Negeri Kanguru atas Klaim China

"Xanana jangan bergerak!," teriak anggota tim.

Muncullah Xanana Gusmao dengan hanya mengenakan celana pendek dengan wajah ketakutan.

Tim memborgol pria itu dan mengecek ciri-ciri yang menunjukkan vahwa dia benar Xanana.

Ditemukan Tato Kepalan Tangan di lengan kiri, menjadi bukti sasaran tim tidak keliru.

Atas keberhasilan penyergapan buron selama 17 tahun itu, tim sontak mendapatkan apresiasi dari Presiden Soeharto, yang memimpin di masa kependudukan Indonesia atas Timor Leste.

Baca Juga: 11 Februari dalam Sejarah, Lepas dari Indonesia, Upaya Pembunuhan Presiden Timor Leste Ramos Horta dan PM Xanana Gusmao Libatkan 1000 Personil Polisi Hingga Tentara Australia dan PBB

(*)

Editor : Rifka Amalia

Sumber : Sosok.id

Baca Lainnya