Sosok.ID - Seorang pembelot Korea Utara khawatir dirinya menjadi target pembunuhan Kim Jong Un.
Dilansir Sosok.ID dari The Sun, pembelot wanita bernama Yeonmi Park (27) itu meyakini bahwa dirinya sudah masuk dalam 'daftar target' sang diktaktor selama bertahun-tahun.
Aktivis hak asasi manusia itu khawatir nasibnya bakal berakhir seperti jurnalis Saudi Jamal Khashoggi.
Yeonmi sendiri kabur dari Korea Utara pada 2007 silam dengan membayar para penyelundup manusia untuk menyelundupkannya keluar.
Momen itu terjadi setelah ayah Yeonmi yang menderita kanker dilempar ke salah satu kamp konsentrasi yang kejam.
Kini, Yeonmi tinggal di Chicago dan aktif menentang dinasti Kim yang kejam.
Ia bahkan menyamakat Kim Jong Un dengan Adolf Hitler atau Joseph Stalin.
Tapi kini, Yeonmi khawatir dengan adanya kemungkinan bahwa rezim Kim masih mencari cara untuk membunuhnya setelah mengecap dirinya sebagai "musuh rakyat".
Kini Yeonmi memiliki bodyguard pribadi yang siap melindunginya saat menghadiri acara-acara publik.
"Saya telah menjadi target Kim Jong-un selama bertahun-tahun dan saya khawatir mereka akan mencoba dan membunuh saya.
"Saya diretas. Saya mendapat ancaman sepanjang waktu," katanya kepada The Sun Online.
Yeonmi lantas menceritakan pengalaman pahitnya karena terlahir di Korea Utara.
Menurutnya, mayat tergeletak di jalanan merupakan makanan sehari-hari di sana.
"Melihat orang mati di jalan itu seperti kehidupan sehari-hari," katanya.
Ia lantas menceritakan bagaimana bencana kelaparan terjadi di negara tertutup itu.
"Saya lahir pada akhir 1993. Rezim berhenti memberikan makanan kepada rakyat.
"Tiga juta orang meninggal dari tahun 1995 hingga 1998. Ini adalah salah satu kelaparan akibat ulah manusia terburuk di dunia dalam sejarah.
"Dulunya hal itu normal terjadi di kehidupan saya. Saya tidak berpikir bahwa hidup bisa berbeda," ungkapnya.
Ia juga menyebut bahwa di Korea Utara anak-anak akan dicuci otaknya sejak dini.
Setiap kali ada eksekusi mati, anak-anak akan dikumpulkan dipaksa menyaksikan paling depan untuk menanamkan rasa takut di dalam jiwanya.
"Saat melakukan eksekusi di depan umum, mereka akan mengumpulkan anak-anak dan menyuruh mereka duduk di depan karena lebih pendek dari orang dewasa.
"Hidup kami bukan untuk memenuhi potensi kami sebegai individu, tetapi untuk memenuhi potensi partai.
"Pendidikan di sini sangat baik untuk mendidik anak agar takut dan tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh rezim.
"Karena itu, pencucian otak dimulai sejak dini pada anak-anak," tandasnya.
(*)