Gegara Sebuah Surat, Permusuhan AS vs China Bermula, Ternyata Berasal Dari Kamp Tahanan di Uighur Soal Kekejaman Pemerintah Xi Jinping, Begini Kronologinya!

Senin, 15 Februari 2021 | 15:52
Da qing - Imaginechina/VCG via Global Times

Gegara Sebuah Surat, Permusuhan AS vs China Bermula, Ternyata Berasal Dari Kamp Tahanan di Uighur Soal Kekejaman Pemerintah Xi Jinping, Begini Kronologinya!

Sosok.ID - Sebuah surat yang datang dari daerah Uighur, China pada tahun 2012 ini membongkar praktik kerja paksa yang dilakukan oleh pemerintah China.

Hal itu pertama kali diketahui oleh seorang ibu dari Oregon, Amerika Serikat (AS) bernama Julie Keith yang membuka paket dekorasi Hallowen dari Kmart lokal.

Teryata di dalam paket tersebut dirinya menemukan sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari pada kerangka dan batu nisan plastik.

Benda mengerikan itu tak lain adalah surat SOS dari seorang tahanan di penjara Uighur, China.

Baca Juga: Bak Tantang Joe Biden, Xi Jinping Gelorakan Ancaman 'Perang Dingin Baru': Dunia Ini Terpecah dan Penuh Konfrontasi!

Baca Juga:Mati-matian Perkuat Militernya, Jika China Kalah dalam Perang Masa Depan, Tiongkok Benar-benar Akan Hancur Sampai ke Akarnya, Mengapa?

Penulisnya bernama Sun Yi yakni seorang insinyur yang diketahui pernah mengkritisi Partai Komuis China, tahun 2012 silam.

Surat tersebut ditulis Sun Yi dengan tinta biru bertuliskan, "Mohon kirimkan kembali surat ini kepada Oraganisasi HAM Dunia. Ada ribuan orang di sini, yang dianiaya oleh Partai Komunis Pemerintah China. Terimakasih dan saya akan mengingatmu selamanya."

Untuk pertama kalinya Keith merasa seperti membeku saat membaca isi surat yang mengerikan tersebut.

Dalam surat tersebut memang Sun Yi menuliskan keadaan masyarakat Uighur yang didiskriminasi oleh pemerintah China di sebuah penjara.

Penjara itu disebut Sun Yi dengan nama Kamp Masanjia, hal itulah yang membuat Keith akhirnya percaya dengan isi surat tersebut.

Baca Juga: Omongan AS Mentah-mentah Dilepeh China, Beijing Ogah Akui Adanya Pembasmian Etnis Uighur, Sebut Mike Pompoe 'Badut Hari Kiamat' atas Klaim Genosida

Keith mencoba mencari informasi melalui Google dengan menuliskan nama Kamp Masanjia.

Hasilnya nyata. Sehingga, ia mencoba menghubungi berbagai organisasi HAM dan surat kabar harian Oregonian, ia menceritakan tentang pesan SOS itu.

Kini sembilan tahun berlalu sebuah buku mengenai apa yang terjadi di kamp tahanan masyarakat Uighur itupun telah terbit pada tanggal 2 Februari 2021 kemarin.

Buku itu berjudul "Made in China: A Prisoner, a SOS Letter and the Hidden Cost od America's Cheap Goods".

Buku itu ditulis oleh Amelia Pang.

Baca Juga: Di Detik-detik Trump Lengser, AS Nyatakan Kejahatan Genosida Sedang Dialami Muslim Uighur, China Diduga Berupaya Basmi Populasi dan Hilangkan Adat Istiadat Islam

(Sun Yi Via New York Post)
(Sun Yi Via New York Post)

Sun Yi, bekas tahanan kamp kerja paksa di Uighur, China dan surat SOS-nya yang tiba di Oregon, AS. [Sun Yi Via New York Post]

Ia mengungkapkan detail perjuangan penulis surat SOS, yaitu seorang pria bernama Sun Yi.

Sun Yi menghabiskan 2,5 tahun di Kamp Kerja Paksa Masanjia di China.

"Surat SOS yang ditulis Sun Yi sebenarnya bukan yang pertama (dari kamp kerja paksa) sampai ke AS. Tapi, ini (cerita dari surat yang diterima Keith) salah satu yang lebih menarik," ujar Amelia Pang kepada New York Post.

Sun Yi pun menceritakan bagaimana kekejaman pemerintahan Xi Jinping pada rakyat Uighur.

Dirinya yang adalah lulusan insinyur saja pernah tiba-tiba dipenjara oleh pemerintah China tanpa tahu kesalahannya.

Hal itu terjadi saat Sun Yi dan istrinya berpidah dari Beijing ke Masanji sekitar tahun 2008 silam.

Baca Juga: Pejabat Tinggi AS Temukan Bukti-bukti China Berusaha Lakukan Genosida pada Muslim Uighur di Xinjiang, O'Brien: Sesuatu yang Mirip dengan Genosida!

Dia sudah pernah ditangkap 12 kali sebelumnya, tapi dibebaskan selalu karenaa aksi mogok makannya.

Pada penangkapannya ke-13, ia ditangkap dalam penggerebekan sebuah percetakan bawah tanah yang menerbitkan kritik terhadap Partai Komunis.

Kala itu ia dipenjara karena mempraktikkan meditasi berbasis filosofi yang disebut Falun Gong.

Ternyata filosofi tersebut dilarang oleh pemerintah China dan masyarakat yang mempraktekkannya langsung dipenjara tanpa tahu letak kesalahan pasti mereka.

Pang telah beberapa kali mewawancarai Sun melalui Skype ketika dia dibebaskan dari kamp itu.

Baca Juga: Kekejaman China Terbongkar Lagi, Lebih dari 95.000 anak atau Semua Anak Etnis Muslim Uighur di Kota Ini Harus Terlantar, Ternyata Ini Penyebabnya!

"Dia sangat peduli tentang kebebasan di China, dia berkorban begitu banyak untuk apa yang menurut banyak orang adalah tujuan yang sia-sia," ungkap Pang.

Pada hukuman setahun terakhir dari 2,5 tahun masa hukuman Sun, ia melihat ada kotak pengiriman berlabel bahasa Inggris.

Seketika Sun menulis surat SOS, berpikir kotak pengiriman itu mungkin menuju Amerika atau Inggris, sehingga orang di luar sana dapat menerima suratnya.

Setidaknya dalam seminggu Sun Yi telah mampu menulis 20 surat yang ditujukan untuk meminta bantuan dunia internasional.

Menurut buku Pang, China memiliki setidaknya 1.000 kamp "pendidikan ulang" atau "detoksifikasi" yang menyediakan pasukan kerja paksa untuk membuat produk murah untuk dijual di mana pun, dari Walmart hingga Saks Fifth Avenue.

Baca Juga: Ditegur Soal Muslim Uighur, China 'Mengamuk' pada Jerman: Berhenti Campuri Urusan Dalam Negeri Kami!

Institut Kebijakan Strategis Australia menemukan antara 2017 hingga 2019 terdapat lebih dari 83 brand, termasuk Nike, Apple, BMW, bersumber dari pabrik-pabrik China tempat para pekerja, utamanya Muslim Uighur, yang ditahan di luar tindakan mereka.

Narapidana bekerja antara 15 hingga 24 jam sehari, dan mungkin mengalami penyiksaan, jika mereka tidak memenuhi kuota.

Setidaknya beberapa di Masanjia, China terbongkar melakukan praktek cuci otak.

Meski kabar mengenai kamp etnis Uighur yang cukup kejam dilakukan oleh China pada masa tersebut tak membuat Sun Yi bebas.

Bahkan Sun Yi ditangkap oleh pemerintah China dan kembali dipenjara tahun 2016 dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 2018.

Baca Juga: Citra Satelit Tunjukkan Ribuan Masjid Uighur Hancur Dibantai Otoritas China, Investigasi Temukan Puluhan Kuburan Remuk Sisa Kerangka

Kabarnya sosok yang merubah pandangan warga dunia mengenai etnis Uighur itu meninggal lantaran penyakit paru-paru akut.

Tiga tahun setelah kematian Sun, penahanan massal China terhadap penduduk Uighur telah memicu kemarahan yang cukup besar.

Pada September 2020, Dewan Perwakilan Rakyat AS mengesahkan Undang-Undang Pencegahan Kerja Paksa Uighur, yang akan melarang semua produk dari Xinjiang, wilayah tempat kamp-kamp ini beroperasi. (*)

Editor : Andreas Chris Febrianto Nugroho

Sumber : New York Post, BBC

Baca Lainnya