Sosok.ID - Bupati Aceh Tengah Shabela Abubakar dan wakilnya Firdaus, tengah terlibat dalam perselisihan.
Shabela bahkan mengaku sempat diancam bakal dibunuh oleh Firdaus.
Namun Firdaus membantah, mengatakan ia tak pernah mengutuk dan memaki Shabela, apalagi mengancamnya.
Usut punya usut, masalah muncul karena sebuah proyek bernilai Rp 17 miliar.
Sebagai seorang wakil bupati, Firdaus merasa tak dihargai oleh Shabela, sebab dalam menayangkan proyek yang dimaksud, Bupati Aceh Tengah tidak melibatkannya.
Menurut Firdaus, harusnya Pemkab Aceh berkoordinasi terlebih dahulu dengan dirinya sebelum memutuskan proyek itu.
Keterangan Bupati Aceh Tengah
Melansir Kompas.com, Shabela sendiri kejeranan melihat Firdaus yang tiba-tiba masuk saat rapat terkait bencana banjir dan wabah Covid-19 tengah dilaksanakan.
"Saya tidak tahu kenapa, saat kami sedang rapat membahas masalah bencana banjir bandang dan Covid-19, tiba-tiba saudara Firdaus datang dan berteriak dengan kata-kata tidak pantas," kata Shabela, Kamis (14/5), dikutip dari Kompas.com.
Ia mengatakan bahwa Firdaus mengancam bakal membunuhnya dan keluarganya.
"Dia (Firdaus) kemudian menyebut kami yang ada di Pendopo dengan sebutan hewan, lalu mengancam bunuh saya dan anak saya," katanya.
Shabela mengakui rekannya membicarakan perihal proyek.
Namun dirinya tidak mengerti atas dasar apa Firdaus semarah itu hingga mengancamnya.
"Dia bicara tentang proyek yang saya tidak mengerti, karena kami sedang bicara penanganan Covid-19 dan banjir bandang," ucapnya.
Dua pejabat daerah itu nyaris terlibat baku hantam, lantaran kata-kata kasar muncul dari mulut Wabup Firdaus.
"Siapa yang terima ada yang datang tidak sopan. Memaki-maki dan mengancam bunuh?" kata Shabela.
Oleh karenanya, Shabela berencana akan melaporkan rekannya ke pihak kepolisian.
Wabup Firdaus tidak merasa pernah mengancam
Wakil Bupati Firdaus, membantah tudingan Bupati Shabela yang mengatakan dirinya memberikan ancaman pembunuhan.
"Saya tidak ingat ada mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, apalagi mengancam. Namun saya meluapkan kekesalan saya kepada Bupati, karena merasa tidak dihargai sebagai wakilnya," kata Firdaus.
Menurut Firdaus, ia hanya melampiaskan rasa sakitnya pada kepemimpinan sang Bupati.
Sebab sebagai seorang wakil, harusnya Firdaus mengetahui apa yang terjadi di lingkup kepemimpinan Shabela.
"Ada beberapa dinas yang kewenangannya menjadi kewenangan saya, ada sekitar delapan dinas. Namun ternyata tidak sesuai kesepakatan," tambahnya.
Kendati demikian, Firdaus mempersilahkan rekannya jika memang ingin melaopor ke polisi.
"Silakan, saya siap menghadapi. Namun saya juga akan melaporkan Shabela terkait kasus yang lebih besar dari kasus ini," ungkapnya.
Polemik proyek Rp 17 miliar
Adapun proyek yang dipersoalkan oleh Shabela dan Firdaus yakni senilai kurang lebih Rp 17 miliar.
Firdaus menjelaskan, proyek tersebut dilakukan di sejumlah instansi dan telah ditayangkan Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemkab Aceh Tengah tanpa sepengetahuannya.
Menurutnya, Shabela telah melanggar komitmen keduanya, terlebih keberadaan mereka berdua saling terikat dan harusnya bekerja secara beriringan.
Ia merasa Shabela telah melanggar komitmen koordinasi terkait mutasi.
"Ini kegiatan Dinas Kesehatan dan RSU Datu Beru, tidak ada koordinasi dengan saya selaku wakilnya. Ini kan tidak pantas," kata Firdaus. (*)