Penasehat Keraton Agung Sejagat Minta AS Kembalikan Kepemilikan Dunia Sesuai Perjanjian Majapahit, Gubernur Jateng: Pemerintah Purworejo Harus Minta Klarifikasi

Selasa, 14 Januari 2020 | 13:40
Kolase gambar tangkap layar Kompas TV dan Tribun Jateng/Daniel Ari Purnomo

Penasehat Keraton Agung Sejagat Minta AS Kembalikan Kepemilikan Dunia Sesuai Perjanjian Majapahit, Gubernur Jateng: Pemerintah Purworejo Harus Minta Klarifikasi

Sosok.ID - Keberadaan Keraton Agung Sejagat (KAS) di Purworejo, Jawa Tengah yang mengklaim dirinya adalah induk dari seluruh negara di dunia kini semakin ramai dibicarakan saja.

Usai viral mengaku inti dari setiap negara yang ada di dunia, Keraton Agung Sejagat (KAS) di Purworejo ini juga meminta Amerika Serikat (AS) untuk mengembalikan kekuasaan dunia kepada mereka.

Keberadaan Keraton Agung Sejagat (KAS) di Puwokerto yang semakin vokal ini pun tak ayal membuat warga sekitar resah hingga menarik perhatian Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, Selasa (14/1/2020) kemunculan Keraton Agung Sejagat ini sempat hebohkan warga Desa Pogung Jurutengah, Purworejo Jawa Tengah.

Baca Juga: Asyik Berenang di Sungai, Bocah 9 Tahun Tiba-tiba Dicaplok Buaya, Berhasil Lolos dari Maut Berkat Aksi Heroik sang Kakak yang Lakukan Ini pada sang Predator

Bahkan unggahan foto-foto kegiatan kelompok tersebut yang tengah melakukan kirab budaya sempat dibagikan oleh akun Twitter @aritsantoso Minggu (12/1/2020) dan viral di media sosial.

Dalam cuitan akun Twitter @aritsantoso disebutkan bahwa Keraton Agung Sejagat mengklaim diri mereka adalah induk dari seluruh negara di dunia.

Keraton Agung Sejagat memiliki kerajaan atau bermarkas di Desa Pogung Jurutengah, Purworejo Jawa Tengah.

Sekelompok orang yang mengaku adalah penerus kerajaan Majapahit yang runtuh 500 tahun lalu ini memiliki pemimpin yang disebut dengan panggilan Sinuwun alias Totok Santosa Hadinigrat dan pasangannya, Kanjeng Ratu alias Dyah Gitaraja.

Baca Juga: Nunung Pakai Sabu Karena Depresi , Kesaksiannya dalam Sidang Kurir Narkoba Terkini: Pokoknya Saya Beli Rp 2,6 Juta untuk Dua Gram

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com, Selasa (14/1/2020) beradaan Keraton Agung Sejagat ini ditandai dengan bangunan semacam pendopo yang belum selesai pembangunannya.

Di sebelah utara pendopo, ada sebuah kolam yang keberadaannya sangat disakralkan dengan sebuah batu prasasti yang disebut Prasasti I Bumi Mataram.

Kemunculan Keraton Agung Sejagat ini mulai dikenal publik, setelah mereka mengadakan acara kirab Budaya, yang dilaksanakan dari Jumat (10/1/2020) hingga Minggu (12/1/2020) dan viral di medsos.

Sejak saat itu, keberadaan Keraton Agung Sejagat semakin ramai dibicarakan publik.

Baca Juga: Uang Sudah Ludes di Negeri Orang, Bule Ini Nekat Berenang Mengarungi Lautan untuk Bisa Pulang ke Negara Asalnya

Melansir tayangan liputan Kompas TV pada Senin (13/1/2020) Keraton Agung Sejagat mengungkap bahwa kemunculan mereka membawa tugas yang mulia.

Mengaku sebagai induk dari seluruh negara di dunia, Keraton Agung Sejagat bersedia menjadi wadah terkait konflik yang ada di dunia ini.

Melalui cara itu, Keraton Agung Sejagat mengklaim akan memperbaiki kedautan, sistem bernegara, sistem ekonomi secara moneter ataupun global.

"Kita umumkan kepada dunia Keraton Agung Sejagat sebagai induk daripada seluruh kingdom state tribune colony atau republik yang ada di dunia ini menyatakan menjadi jondang (kotak) terhadap konflik yang terjadi di seluruh dunia.

Baca Juga: Kembarannya Tak Sempat Lihat Dunia, Bayi Delfa Sudah Tertahan di RS Selama 3 Bulan Gegara Orang Tua Tunggak Biaya Persalinan, sang Anak Terancam di Adopsi

Dengan memperbaiki sistem kedaulatan, sistem bernegara, sistem ekonomi dan moneter secara global," ungkap Sinuwun alias Totok Santosa Hadinigrat seperti yang dikutip Sosok.ID dari Kompas TV, Selasa (14/1/2020).

Tak hanya itu, penasehat Keraton Agung Sejagat, Resi Joyodiningrat menegaskan bahwa Sinuwun dan Kanjeng Ratu bukanlah penyebar aliran sesat.

Mengutip Kompas.com, Resi Joyodiningrat mengatakan kalau Keraton Agung Sejagat adalah kerajaan dunia yang muncul usai berakhirnya perjanjian Majapahit 500 tahun yang lalu.

Perjanjian ini telah ada sejak hilangnya Kemaharajaan Nusantara, yaitu Imperium Majapahit pada tahun 1518 sampai dengan 2018.

Baca Juga: Istri Hakim PN Medan Sekongkol dengan Pacar Gelap Habisi Nyawa Suami, Adik Esekutor Sempat Curiga Zuraida Manfaatkan Kakaknya: Abang Orangnya Lurus

Perjanjian 500 tahun tersebut dilakukan oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa imperium Majapahit dengan Portugis sebagai wakil orang barat atau bekas koloni Kekaisaran Romawi di Malaka pada 1518.

Resi Jodiningrat menyampaikan dengan berakhirnya perjanjian tersebut, maka berakhir pula dominasi kekuasaan barat mengontrol dunia yang didominasi Amerika Serikat setelah Perang Dunia II.

Menurutnya, kekuasaan tertinggi harus dikembalikan ke pemiliknya, yaitu Keraton Agung Sejagat sebagai penerus Medang Majapahit yang merupakan Dinasti Sanjaya dan Syailendra.

Baca Juga: Kepergok Main Serong dengan Pelakor, Pria Ini Ngamuk dan Usir Istri dengan Balok Kayu Usai Pacar Gelapnya Menangis Ditampar Bini: Pergi Kamu, Pergi!

Kendati memiliki visi misi yang mulia dan telah ditegaskan bukan penyebar aliran sesat, keberadaan Keraton Agung Sejagat gawangan Totok Santosa ini rupanya tak sepenuhnya diterima warga sekitar.

Melansir Kompas.com, Selasa (14/1/2020) keberadaan kelompok tersebut justru membuat warga resah dengan kegiatan mereka.

Pihak Polres Purworejo bahkan telah berencana bakal menyambangi dan menemui pemimpin kelompok tersebut.

"Kami mengetahui informasi tersebut, namun tindak lanjut belum bisa sampai langkah hukum dan kita akan bareng-bareng melakukan klarifikasi," kata Wakapolres Purworejo Kompol Andis Arfan Tofani, Senin (13/1/2020).

Baca Juga: Ngaku Sebagai Penerus dan Bakal Lanjutkan Majapahit yang Runtuh 500 Tahun Lalu, Keraton Agung Sejagat di Purworejo Bikin Resah Warga, Penasehat Keraton Tegaskan KAS Bukan Aliran Sesat

Tak hanya mendapatkan perhatian dari pihak kepolisian, keberadaan Keraton Agung Sejagat ini juga menyita perhatian Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo.

Dilansir Sosok.ID dari Kompas.com dan Tribun Jateng, Selasa (14/1/2020), Ganjar Pranowo menilai pelu adanya kajian ilmiah lebih lanjut terkait klaim sekelompok orang ini.

Terlebih dengan keberadaan Keraton Agung Sejagat yang disebut-sebut sebagai penerus Kerajaan Majapahit.

Baca Juga: Hanya Gegara Game Online, Bocah 13 Tahun Ini Disekap Tanpa Sehelai Benang oleh Ayah Kandung di Kandang Ayam, Berhasil Kabur Lompati Pagar Setinggi 3 Meter dengan Kaki Terborgol Setelah Lakukan Cara Ini

"Syukur-syukur ada perguruan tinggi yang mendampingi. Baik juga untuk didiskusikan," kata Ganjar dalam keterangannya, Senin (13/1/2020), dilansir Sosok.ID dari TribunJateng via Kompas.com.

Sementara itu, dirinya mengimbau agar keberadaan Pemimpin Keraton Agung Sejagat (KAS) Purworejo ini tidak menjadi keresahan masyarakat.

"Pemerintah Purworejo harus memayungi langsung masyarakatnya, memberikan perlindungan, meminta klarifikasi sehingga bisa jadi jelas," tandasnya.

(*)

Tag

Editor : Tata Lugas Nastiti

Sumber Kompas.com, Kompas TV, Tribun Jateng