Kayla Mueller, Gadis di Balik Nama Operasi yang Tewaskan Abu Bakar al-Baghdadi, Jadi Korban Penculikan dan Diperkosa Pimpinan ISIS Berulang Kali Hingga Tewas

Selasa, 29 Oktober 2019 | 11:30
Dokumen Keluarga Mueller via ABC

Kayla Mueller, warga AS yang jadi korban ISIS yang namanya dijadikan nama operasi yang menewaskan Abu Bakar al-Baghdadi.

Sosok.id - Operasi Kayla Mueller yang dilakukan oleh pasukan khusus Amerika Serikat (AS) berhasil menewaskan pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi.

Adapun nama Kayla Mueller tersebut diambil dari salah satu korban ISIS yang berasal dari AS.

Minggu (27/10/2019) pagi, Presiden AS Donald Trump mengumumkan kabar tewasnya Abu Bakar al-Baghdadi di siaran nasional.

Marsha Mueller, ibu Kayla, mengatakan bahwa ia mengetahui kabar kematian itu dari siaran tersebut.

Baca Juga: Sama-sama Berpaham Radikal, ISIS dan Al Qaeda Ternyata Saling Bermusuhan untuk Memperebutkan Wilayah

Pernyataan yang disampaikan oleh presiden telah membuatnya sangat lega.

"Kami sangat tersentuh dengan ucapannya. Kami bersyukur mereka tidak main-main dan langung bergerak," ujar Marsha kepada CNN dalam sebuah wawancara telepon.

Kayla Jean Mueller yang merupakan seorang pekerja kemanusiaan yang diculik dan disekap oleh ISIS pada 2013 lalu.

Hingga akhirnya, wanita asal Arizona itu tewas pada 2015 di usianya yang ke 26 tahun.

Baca Juga: Berita Militer : Serangan Pasukan Komando AS Dikabarkan Berhasil Bunuh Pemimpin Bengis ISIS

Diketahui bahwa Kayla pergi ke Turki/Suriah untuk bekerja dengan Dewan Pengungsi Denmark dan organisasi kemanusiaan Support to Life pada 2012.

Wanita asal Arizona itu diculik setelah mengunjungi sebuah rumah sakit di Aleppo, Suriah.

Keluarga diberitahu empat bulan setelah kematian Kayla akibat diperkosa berulang kali oleh Baghdadi.

Jasadnya bahkan masih belum ditemukan.

Baca Juga: Krisis Selat Sunda, Saat Armada Kapal Induk Inggris Ngacir Lantaran Jadi Target Serangan Angkatan Perang Indonesia

Ayahnya, Carl Mueller mengatakan pada KPHO -TV bahwa berita kematian pemimpin ISIS membuatanya sangat terkejut.

"Tentu saja kabar itu sangat mengejutkan," ujarnya.

"Satu menit Anda duduk di sini menonton film, dan menit berikutnya Anda mendapat kabar bahwa pria yang memperkosa dan mungkin membunuh putrimu telah terbunuh," jelasnya.

Sementara itu, Marsha mengatakan kepada CNN bahwa kabar tersebut telah memebrinya harapan.

Baca Juga: Pendiam dan Tak Neko-neko, Tetangga Ungkap Sifat Asli Abu Rara, Pelaku Penusukan Wiranto yang Diduga Terpapar ISIS

Akhirnya mereka mendapatkan beberapa jawaban tentang kematian putrinya dan membawanya pulang.

"Karena satu persen kemungkinan itu, bagaimana Anda bisa menyerah untuk membawanya (Kayla) pulang?" ujarnya.

"Kami ingin Kayla pulang, dan saya tahu itu terdengar seperti hal yang mustahil, tetapi setelah apa yang kami lalui, hal-hal yang muncul dan terjadi, saya yakin kami mungkin akan menemukannya," tambahnya.

"Kami merasa, inilah saatnya. Dia terbunuh, beberapa letnannya telah ditangkap dan siapa lagi yang tahu apa yang terjadi pada Kayla kecuali orang-orang terdekatnya? Seseorang, dan mungkin salah satu dari orang-orang yang tertangkap kemarin tahu apa yang terjadi dan tahu siapa yang membunuhnya," tambah Carl.

Baca Juga: Berakhir Ricuh, Demo Mahasiswa Ternyata Turut Ditunggangi Seorang Teroris yang Berafiliasi Dengan ISIS

Mereka mengatakah bahwa mereka bersedia melakukan perjalanan ke Irak untuk mencari jawaban.

Kronologi

Selain mengumumkan kabar kematian pimpinan ISIS, Donald Trump juga membeberkan kronologi kematiannya.

Dia menyebut bahwa Baghdadi tewas stelah terpojok di ujung terowongan dalam penyerbuan malam oleh pasukan khusus.

Baca Juga: Kisah Budak Seks ISIS, Dijual di Pasar Ternak Hingga Tak Sengaja Makan Bayinya Sendiri

Disebutkan juga ada tiga anak lainnya yang juga ikut tewas dalam penyerbuan tersbeut.

Dilansir dari Reuters via Kompas.com pada Minggu (27/10/2019), penyergapan dimulai ketika AS mendapat informasi dari intelejen terkait keberadaan Baghdadi sekitar sebulan yang lalu.

Dua pekan lalu, intelejen AS mulai memetakan secara intensif lokasi pasti persembunyian Baghdadi.

Tiga hari lalu, Trump diberi tahu dan mematangkan operasi untuk meminta izin pada Rusia, Irak, dan Turki untuk memasuki wilayah udara mereka.

Baca Juga: Joanna Palani, Sosok Sniper Cantik yang Kepalanya Dihargai Rp 14 Miliar dan Jadi Buronan Para Tentara ISIS

Namun, saat itu AS memberi tahu Rusia mereka akan 'menyukainya'.

Pada Sabtu (26/10/2019) Trump sampai di Gedung Putih sekitar pukul 16.30 waktu stempat setelah bermain golf di Virginia.

Pukul 17.00, Trump datang ke Ruang Situasi Gedung Putih bersama Wakil Presiden Mike Pence, Menteri Pertahanan Mark Esper, Penasihat Keamanan Nasional Robert O'Brien, dan pejabat intelejen lainnya.

Mereka menyaksikan penyerbuan 'seperti menonton film' menurut Trump.

Baca Juga: Kekejaman ISIS, Menculik dan Menjadikan Hayfa Adi Sebagai Pelampiasan Nafsu Kemudian Menjualnya 20 Kali

Setelah mereka berkumpul, pasukan AS bersama anjing militer menaiki delapan helikopter yang diterbangkan dari pangkalan rahasia Timur Tengah.

Operasi darat tersebut juga ditunjang oleh pesawat tempur dan robot.

Mereka sempat ditembaki ketika hendak mendekati tempat persembunyian Baghdadi.

Tahu dirinya tengah dikepung pasukan AS, Baghdadi lantas kabur menuju terowongan bersama ketiga anaknya.

Baca Juga: Nikahi Anak Bos Kasino, Model Cantik Ini Dibayar Mertua Rp 205 M Usai Bersedia Hamil dan Lahirkan Cucu Pertamanya

Terjebak di jalan buntu, Baghdadi lantas menangis dan berteriak, tetapi kemudian ia tewas stelah rompi bom ynag dikenakannya meledak.

Ledakan tersebut menewaskan Baghdadi, tiga anaknya, serta memporak-porandakan terowongan.

Selang 15 menit kemudian, dipastikan oleh tes DNA di tempat dan Baghdadi dipastikan telah tewas.(*)

Tag

Editor : Seto Ajinugroho

Sumber Kompas.com, Indepedent.co.uk